BAB I
PENDAHULUAN
Pseudomonas aeruginosa termasuk
dalam famili Pseudomonadaceae. Pseudomonadaceae dan beberapa genus lain bersama
organisme tertentu, dikenal sebagai Pseudomonas. Istilah Pseudomonas ditujukan
pada bakteri yang mempunyai perlengkapan fisiologik sama dengan bakteri dari
genus Pseudomonas. Dalam habitat alam tersebar
luas dan memegang peranan peting dalam dalam pembusukan zat organik. Bergerak dengan flagel polar, satu atau lebih. Beberapa diantaranya
adalah fakultatif khemolitotrof, dapat memakai H2 atau CO sebagai sumber karbon dan katalase
positif.
Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi
manusia. Bakteri ini kadang-kadang mengkoloni pada manusia dan menimbulkan
infeksi apabila fungsi pertahanan inang abnormal. Oleh karena itu, Pseudomonas
aeruginosa disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada
mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat juga
tinggal pada manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada usus normal
dan pada kulit manusia. Tetapi, infeksi Pseudomonas aeruginosa menjadi
problema serius pada pasien rumah sakit yang menderita kanker, fibrosis kistik
dan luka bakar. Angka fatalitas pasien-pasien tersebut mencapai 50 %. Infeksinya
biasanya gawat, sulit diobati dan biasanya merupakan infeksi nosocomial. Infeksi nosokomial akibat Pseudomonas aeruginosa salah satunya
melalui kateter yang dapat menyebabkan infeksi saluran kemih. Genus
Pseudomonas mempunyai spesies paling sedikit 10-12 yang penting dalam klinik.
Pseudomonas
tersebar
luas di dalam tanah dan air. Pseudomonas
aeruginosa bersifat invasif dan toksigenik, menyebabkan infeksi pada pasien
dengan daya tahan tubuh yang abnormal, dan merupakan patogen nosokomial yang
penting. Grup Pseudomonas merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang,
motil, dan bersifat aerob, beberapa diantaranya menghasilkan pigmen yang larut
dalam air. Pseudomonas banyak ditemukan di air, tanah, tumbuh-tumbuhan, dan
binatang. Pseudomonas aeruginosa
sering terdapat di flora normal usus dan pada kulit manusia dalam jumlah kecil
serta merupakan patogen utama dari kelompoknya. Spesies Pseudomonas yang lain
jarang menyebabkan penyakit.
Klasifikasi Pseudomonas
didasarkan pada homologi Rrna/ DNA, dan ciri khas biakannya yang lazim. Pseudomonas aeruginosa tersebar luas di
alam dan biasanya terdapat di lingkungan rumah sakit yang lembab. Bakteri ini
dapat membentuk koloni pada manusia normal, dan bertindak sebagai saprofit.
Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit bila daya tahan tubuh penjamu abnormal.
BAB II
PEMBAHASAN
Bakteri Pseudomonas aeroginusa sering dihubungkan dengan penyakit pada
manusia. Organisme ini merupakan penyebab 10-20% infeksi nosokomial. Sering
diisolasi dari penderita dengan neoplastik, luka dan luka bakar yang berat.
Bakteri ini juga dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan bagian
bawah, saluran kemih, mata dan lain-lain.
A.
KASUS
Raya berusia 21 tahun korban kebakaran, yang menderita 50%
luka bakar di tubuhnya dan ia rawat di Rumah Sakit selama 15 hari dengan pemasangan kateter. Kondisi
Raya mulai membaik dan luka bakar mulai mengering, maka Dokter menyatakan Raya
diperbolehkan rawat jalan. Namun setelah 3 hari dirumah, Raya merasakan nyeri
serta sulit buang air kecil, dan luka bakarnyapun mengeluarkan nanah berwarna
hijau-kebiruan. Raya kembali ke Rumah Sakit dan disarankan dokter untuk periksa
ke laboratorium.
D.
TAKSONOMI
Kingdom : Bacteria
Fillum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Ordo : Pseudomonadales
Family : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Spesies : Pseudomonas aeruginosa
E.
KLASIFIKASI
Grup
dan Subgrup Homologi Rna
|
Genus
dan Spesies
|
I.
Kelompok Flouresen
Kelompok
tidak Flouresen
|
Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas flouresen
Pseudomonas putida
Pseudomonas stutzeri
Pseudomonas mendocina
|
II.
|
Bulkhorderia pseudomallei
Bulkhorderia mallei
Bulkhorderia cepacia
Ralstonia pickettii
|
III.
|
Comamonas
species
Acidovorax
species
|
IV.
|
Brevundimonas
species
|
V.
|
Stenotrophomonas
maltophilia
|
F.
MORFOLOGI
DAN IDENTIFIKASI
1.
Ciri
khas organisme
Pseudomonas aeruginosa berbentuk
batang, motil, dan berukuran sekitar 0,6 x 2 mm. Merupakan bakteri gram negatif
dan terlihat sebagai bentuk tunggal, berpasangan atau kadang-kadang dalam
bentuk rantai pendek. Pada umumnya bakteri ini mempunyai flagel polar, tetapi
kadang-kadang 2-3 flagel. Bila tumbuh pada pembenihan tanpa sukrosa terdapat
lapisan lendir polisakarida ekstraseluler. Struktur dinding sel sama dengan family
Enterobacteriaceae. Strain yang diisolasi dari bahan klinik sering mempunyai
pili untuk perlekatan pada permukaan sel dan memegang peranan penting dalam
resistensi terhadap fagositosis.
2.
Biakan
Pseudomonas aeruginosa adalah
bakteri obligat aerob yang dapat tumbuh dengan mudah pada banyak jenis medium
biakan, kadang menghasilkan bau manis atau seperti anggur atau seperti jagung (corn
taco-like odor). Meskipun Pseudomonas merupakan organisme aerob, tetapi
dapat mempergunakan nitrat dan arginin sebagai aseptor elektron dan tumbuh
secara anaerob. Beberapa strain merupakan hemolisa darah. Pseudomonas aeruginosa membentuk koloni bulat halus dengan
fluoresensi kehijauan.
Pseudomonas
aeruginosa
menghasilkan satu atau lebih pigmen, yang dihasilkan dari asam amino aromatik
seperti tirosin dan fenilalanin. Beberapa pigmen tersebut antara lain :
- Piosianin, pigmen berwarna biru
dihasilkan strain piosianogenik yang tidak berflouresensi.
- Pioverdin, pigmen berwarna kuning
kehijauan yang berflouresensi.
- Piorubin, pigmen berwarna merah.
- Piomelanin, pigmen berwarna coklat.
Piosianin, pioburin, dan piomelanin tidak berfluoresensi
tetapi dapat larut dalam air. Strain yang tidak menghasilkan piosianin disebut
apiosianogenik. Kebanyakan strain membentuk koloni halus bulat dengan warna
fluoresensi kehijauan, yang merupakan kombinasi pioverdin dan piosianin.
Pseudomonas
aeruginosa pada biakan dapat membentuk berbagai
jenis koloni. Pseudomonas aeruginosa dari
jenis koloni yang berbeda, juga dapat mempunyai aktivitas biokimia dan
enzimatik yang berbeda dan pola kerentanan antimikroba yang berbeda pula.
Kadang tidak jelas apakah suatu jenis koloni merupakan strain Pseudomonas aeruginosa yang berbeda atau
varian dari strain yang sama. Biakan dari pasien dengan fibrosis kistik sering
menghasilkan organisme Pseudomonas
aeruginosa membentuk koloni mukoid akibat produksi berlebihan dari alginat,
suatu eksopolisakarida. Pada pasien fibrosis kistik, tampaknya eksopolisakarida
berfungsi menghasilkan matriks sehingga organisme dapat hidup dalam biofilm.
Pseudomonas aeruginosa membentuk biofilm
Isolat dari tanah atau air mempunyai ciri
koloni yang kecil dan tidak rata. Pembiakan dari spesimen klinik biasanya
menghasilkan satu atau dua tipe koloni yang halus.
·
Koloni
besar dan halus dengan permukaan rata.
·
Koloni
halus dan mucoid sebagai hasil produksi berlebihan dari alginat. Tipe ini
sering didapat dari sekresi saluran pernapasan dan saluran kemih.
Alignat merupakan suatu
eksopolisakarida yang merupakan polimer dari glucoronic acid dan mannuronic
acid, berbentuk gel kental disekeliling bakteri. Alignat ini memungkinkan
bakteri untuk membentuk biofilm, yaitu kumpulan koloni sel-sel mikroba yang
menempel pada suatu permukaan misalnya kateter intravena atau jaringan paru.
Alignat dapat melindungi bakteri dari pertahanan tubuh inang, seperti limfosit,
fagosit, silia, di saluran pernafasan, antibodi, dan komplemen. Pseudomonas aeruginosa
membentuk biofilm untuk membantu kelangsungan hidupnya saat membentuk
koloni pada paru-paru manusia.
3. Media
Selektif Pseudomonas
Media
Pseudomonas Agar merupakan media awal yang diusulkan oleh King, Ward, dan
Raney (1954) untuk mengisolasi dan membedakan Pseudomonas berdasarkan pembentukkan
piosianin dan/atau piorubin atau materi fluoresein). Media Pseudomonas Agar Base
ada dua macam yaitu tipe P (menginduksi piosianin atau piorubin) dan F (menginduksi
pigmen fluoresein, menghambat pigmen piosianin).
4. Sifat Pertumbuhan
Pseudomonas aeruginosa
dapat tumbuh dengan baik pada suhu 37-420C, pertumbuhannya pada suhu
420 C membantu membedakan spesies ini dari spesies pseudomonas yang
lain dari kelompok fluoresensi. Bakteri ini bersifat oksidase-positif, dan tidak memfermentasi karbohidrat, tetapi
banyak strain yang mengoksidai glukosa. Identifikasi biasanya berdasarkan
morfologi koloni, sifat oksidase-positif, adanya pigmen yang khas, dan
pertumbuhan pada suhu 420 C. Untuk membedakan Pseudomonas aeruginosa dari spesies pseudomonas yang lain
berdasarkan aktivitas biokimianya, diperlukan pengujian dengan berbagai
substrat.
G.
STRUKTUR
ANTIGEN DAN TOKSIN
Pseudomonas
aeruginosa memiliki 2 macam antigen yaitu antigen-H dan antigen-O dan paling
sedikit ada 7 tipe antigen Pseudomonas aeruginosa yang telah ditetepkan.
Lipopolisakarida menentukan kekhususan antigen. Vaksin dari tipe-tipe ini yang
diberikan pada penderita ‘’high-risk’’ akan memberikan perlindungan terhadap
sepsis Pseudomonas 10 hari kemudian. Pengobatan seperti ini diberikan pada
kasus-kasus leukemia, luka bakar, fibrosis kristik dan penekanan immune.
Fili
( fimbria ) menjulur dari pemukaan sel dan membantu pelekatan pada sel epitel
pejamu. Eksopolisakarida merupakan komponen yang menyebabkan terlihatnya koloni
mukoid pada biakan pasien fibrosis kistik. Lipopolisakarida, yang ada dalam
berbagai immunotype, bertanggung
jawab untuk kebanyakan sifat endotoksik organisme. Pseudomonas aeuginosa dapat dibedakan jenisnya berdasarkan pada immunotype lipopolisakarida dan
kerentanannya terhadap piosin ( bakterisin ). Sebagian besar isolat Pseudomonas aeruginosa yang berasal dari
infeksi klinis menghasilkan enzim ekstraseluller, termasuk elastase, protease ,
dan dua hemolisin : fosfolipase C tidak tahan panas dan glikolipid tahan panas.
Banyak
strain Pseudomonas aeruginosa menghasilkan
eksotoksin A, yang menyebabkan nekrosis jaringan dan bersifat letal untuk
binatang jika disuntikkan dalam bentuk murni. Toksin tersebut menghambat
sintesis protein melalui suatu difteri, walaupun struktur kedua toksin tersebut
tidak sama. Antitoksin terhadap eksotoksin A ditemukan pada beberapa serum
manusia, termasuk pasien yang telah sembuh dari infeksi berat Pseudomonas aeruginosa.
Toksin merupakan zat yang menyebabkan luka, sakit, dan kematian organisme, biasanya dengan reaksi kimia atau aktivitas lainnya dalam skala molekul. Sedangkan bakteriosin merupakan komponen
mikroba dengan berat molekul rendah yang membatasi pertumbuhan bakteri patogen.
Bakteriosin yang diproduksi bakteri gram negatif mempunyai aktivitas dan
spektrum yang luas dibanding bakteriosin yang dihasilkan bakteri gram positif. Produk ekstraseluler yang dihasilkan
berupa enzim-enzim, yaitu elastase, protease, dan dua hemolisin, fosfolipase C
yang tidak tahan panas, phenazine dan rhamnolipid.
H.
PATOGENESIS
Pseudomonas aeruginosa bersifat
patogenik hanya bila terpajan pada daerah yang tidak terdapat pertahanan tubuh
normal, misalnya apabila membran mukosa dan kulit rusak akibat kerusakan
jaringan langsung, jika digunakan kateter intravena atau urine atau jika
terdapat neutropenia, seperti pada penyakit kanker yang diberikan kemoterapi.
Bakteri ini menempel dan membentuk koloni pada membran mukosa atau kulit,
menginvasi secara lokal, dan menyebabkan penyakit sistemik.
Faktor sifat yang memungkinkan organisme mengatasi pertahanan
tubuh normal dan menimbulkan penyakit ialah :
- Pili, yang melekat dan
merusak membran basalis sel
- Polisakarida simpai, yang
meningkatkan perlekatan pada jaringan tetapi tidak menekan fagositosis.
- Suatu hemolisin yang memiliki
aktivitas fosfolipasa
- Kolagenasa dan elastasa dan
flagel untuk membantu pergerakan.
- Sedangkan faktor yang menentukan daya patogen adalah :
- LPS mirip dengan yang ada
pada Enterobacteriaceae
- Eksotoksin A, suatu transferasa
ADP-ribosa mirip dengan toksin difteri yang menghentikan sintesis protein dan
menyebabkan nekrosis di dalam hati
- Eksotoksin S yang juga
merupakan transferasa ADP-ribosa yang mampu menghambat sintesis protein
eukariota.
Produksi enzim-enzim dan toksin-toksin yang merusak barrier tubuh
dan sel-sel inang menentukan kemampuan Pseudomonas aeruginosa menyerang
jaringan. Endotoksin Pseudomonas aeruginosa seperti yang dihasilkan
bakteri gram negatif lain menyebabkan gejala sepsis dan syok septik. Eksotoksin
A menghambat sintesis protein eukariotik dengan cara kerja yang sama dengan
cara kerja toksin difteria (walaupun struktur kedua toksin ini tidak sama) yaitu
katalisis pemindahan sebagian ADP-ribosil dari NAD kepada EF-2.
Hasil dari kompleks ADP-ribosil-EF-2 adalah inaktivasi sintesis
protein sehingga mengacaukan fungsi fisiologik sel normal. Enzim-enzim
ekstraseluler, seperti elastase dan protease mempunyai efek hidrotoksik dan
mempermudah invasi organisme ini ke dalam pembuluh darah.
Antitoksin terhadap eksotoksin A ditemukan dalam beberapa serum
manusia, termasuk serum penderita yang telah sembuh dari infeksi yang berat. Piosianin
merusak silia dan sel mukosa pada saluran pernafasan. Lipopolisakarida
mempunyai peranan penting sebagai penyebab timbulnya demam, syok, oliguria,
leukositosis, dan leukopenia, koagulasi intravaskular diseminata, dan sindroma
gagal pernafasan pada orang dewasa.
Strain Pseudomonas aeruginosa yang punya sistem sekresi
tipe III. Secara signifikan lebih virulen dibandingkan dengan yang tidak punya
sistem sekresi tersebut. Sistem sekresi tipe III adalah sistem yang dijumpai
pada bakteri gram negatif, terdiri dari sekitar 30 protein yang terbentang dari
bagian dalam hingga luar membran sel bakteri, berfungsi seperti jarum suntik
yang menginjeksi toksin-toksin secara langsung ke dalam sel inang sehingga
memungkinkan toksin mencegah netralisasi antibodi.
I. TEMUAN
KLINIS
Pseudomonas aeroginusa menyebabkan
infeksi pada luka dan luka bakar, menghasilkan nanah warna hijau, meningitis
jika masuk melalui fungsi lumbal, dan infeksi saluran kencing jika masuk
melalui kateter dan instrumen atau karena larutan irigasi. Penyerangan pada
saluran nafas, khususnya respirator yang tercemar, mengakibatkan pneumonia nekrotika
(necrotizing pneumonia). Bakteri sering ditemukan pada otitis ekterna
ringan pada perenang. Hal ini dapat menyebabkan otitis ekterna ganas pada
pasien diabetes. Infeksi pada mata, yang mengarah pada perusakan mata dengan
cepat, biasanya terjadi sesudah luka atau operasi mata. Pada bayi dan orang
yang lemah Pseudomonas aeroginusa mungkin masuk aliran darah dan
mengakibatkan sepsis yang fatal, hal ini terjadi biasanya pada pasien dengan
leukemia atau limfoma yang mendapatkan terapi antineoplastik atau terapi
radiasi dan pada pasien dengan luka bakar yang berat.
Sebagian besar infeksi Pseudomonas
aeroginusa, gejala dan tandanya tidak spesifik dan berkaitan dengan organ
yang terserang. Kadang-kadang, verdoglobin (hasil perpecahan hemoglobin) atau
pigmen fluoresen dapat dideteksi pada luka, luka bakar, atau urine dengan sinar
ultraviolet. Nekrosis hemoragik pada kulit sering terjadi dalam sepsis karena Pseudomonas
aeroginusa; luka yang disebut ektima gangrenosum, dikelilingi daerah
kemerahan dan sering tidak berisikan nanah. Pseudomonas aeroginusa dapat
dilihat pada sediaan hapusan dari lesi ektima yang diwarnai dengan Gram, dan
hasil biakan positif. Ektima gangrenosum tidak biasa terjadi pada bakteremia
oleh mikroba selain Pseudomonas aeroginusa.
J. UJI
LABORATORIUM DIAGNOSTIK
a. Spesimen
Spesimen dari luka kulit, nanah, darah,
cairan spinal, sputum, dan bagian lain diambil sesuai tempat infeksi.
b. Hapusan
Batang gram-negatif sering dilihat pada
hapusan. Tidak ada karakteristik morfologi spesifik yang membedakan Pseudomonas
dari enterik atau batang gram negative lain.
c. Biakan
Spesimen ditanam pada lempeng agar darah
dan media deferensial yang biasanya digunakan untuk membiakkan bakteri batang
gram-negatif enterik. Pseudomonas tumbuh cepat pada sebagian besar media
tersebut, tetapi mungkin tumbuh lebih pelan dibanding enterik. Pseudomonas
aeroginusa tidak meragikan laktosa dan mudah dibedakan dari bakteri peragi
laktosa. Pembiakan merupakan tes spesifik dari diagnosis infeksi Pseudomonas
aeroginusa.
K.
INFEKSI
NOSOKOMIAL
Infeksi nosocomial adalah infeksi yang terjadi pada
penderita-penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan. Infeksi
nosocomial saat ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kesakitan
(morbidity) dan angka kematian (mortality) di rumah sakit, sehingga dapat
menjadi masalah kesehatan baru, baik di Negara berkembang maupun di Negara
maju.
Saat ini, angka kejadian infeksi nosocomial telah
dijadikan salah satu tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit. Ijin operasional
sebuah rumah sakit bisa dicabut karena tingginya angka kejadian infeksi
nosocomial. Bahkan pihak asuransi tidak mau membayar biaya yang ditimbulkan
akibat infeksi nosocomial sehingga pihak penderita sangat dirugikan.
Seperti diketahui, penderita yang terindikasi harus
menjalani proses asuhan keperawatan, yaitu penderita harus menjalani observasi,
tindakan medis akut, atau pengobatan yang berkesinambungan. Daya tahan tubuh
yang lemah sangat rentan terhadap penyakit infeksi. Masuknya mikroba atau
transmisi mikroba ke penderita, tentunya berasal dari sekitar penderita, dimana
penderita menjalani proses asuhan keperawatan seperti :
- Penderita
lain, yang juga sedang proses perawatan
- Petugas
pelaksanan (dokter,perawat,dan seterusnya)
- Peralatan
medis yang digunakan
- Tempat
(ruangan atau bangsal atau kamar) dimana penderita dirawat
- Tempat
atau kamar dimana penderita menjalani tindakan medis akut seperti kamar operasi
dan kamar bersalin
- Makanan
dan minuman yang disajikan
- Lingkungan
rumah sakit secara umum
Di
beberapa bagian terutama di bagian penyakit dalam, terdapat banyak prosedur dan
tindakan yang dilakukan baik untuk membantu diagnosa maupun memonitor
perjalanan penyakit dan terapi yang dapat menyebabkan pasien cukup rentan
terkena infeksi nosokomial. Pasien dengan umur tua, berbaring lama, atau
beberapa tindakan seperti prosedur diagnostik invasif, infus yang lama dan
kateter urin yang lama, atau pasien dengan penyakit tertentu yaitu penyakit
yang yang memerlukan kemoterapi, dengan penyakit yang sangat parah, penyakit
keganasan, diabetes, anemia, penyakit autoimun dan penggunaan immunosupresan
atau steroid didapatkan bahwa risiko terkena infeksi nosokomial lebih besar.
Faktor-faktor yang berperan memberi peluang timbulnya infeksi nosokomial adalah
sebagai berikut :
a. Faktor-faktor
yang ada dari diri penderita ( intrinsic factor )seperti umur, jenis kelamin,
kondisi umum penderita, risiko terapi, atau adanya penyakit lain yang menyertai
penyakit dasar ( multipatologi ) beserta komplikasinya. Faktor-faktor ini
merupakan faktor predisposisi.
b. Faktor
keperawatan seperti lamanya hari perawatan ( length of stay ), menurunnya
standar pelayanan perawatan, serta padatnya penderita dalam satu ruangan.
c. Faktor
mikroba patogen seperti tingkat kemampuan invasi serta tingkat kemampuan
merusak jaringan, lamanya pemaparan ( length of exposure ) antara sumber
penularan ( reservoir ) dengan penderita.
Tahap
infeksi nosokomial
a. Tahap
I
Mikroba
patogen bergerak menuju tempat yang menguntungkan (pejamu/penderita)melalui
mekanisme penyebaran (mode of
transmission).
1) Penularan
langsung
Melalui
droplet nuclei yang berasal dari
petugas, keluarga/pengunjung, dan penderita lainnya. Kemungkinan lain melalui
darah saat transfusi darah,
2) Penularan
tidak langsung
Penularan
tidak langsung dapat terjadi sebagai berikut :
a) Vehicle-borne,
yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen melalui benda-benda mati seperti
peralatan medis, bahan-bahan material medis, atau peralatan makan/minum untuk
penderita.
b) Vector-borne,
yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen dengan perantara vektor seperti
lalat. Luka terbuka, jaringan nekrotis, luka bakar, dan gangren adalah
kasus-kasus yang rentan dihinggapi lalat.
c) Food-borne,
yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen melalui makanan dan minuman yang
disajikan untuk penderita. Mikroba patogen dapat ikut menyertainya sehingga
menimbulkan gejala dan keluhan gastrointestinal, baik ringan maupun berat.
d) Water-borne,
kemungkinan terjadinya penyebaran/penularan penyakit infeksi melalui air kecil
sekali, mengingat tersedianya air bersih di rumah sakit sudah melalui uji baku
mutu.
e) Air-borne, peluang
terjadinya infeksi silang melalui media perantara ini cukup tinggi karena
ruangan/bangsal yang relatif tertutup, secara teknis kurang baik ventilasi dan
pencahayaannya. Kondisi ini dapat menjadi lebih buruk dengan jumlah penderita
yang cukup banyak.
b. Tahap
II
Upaya
berikutnya dari mikroba patogen adalah melakukan invasi ke jaringan/organ
pejamu (penderita) dengan cara mencari akses masuk untuk masing-masing penyakit
seperti adanya kerusakan/lesi kulit atau mukosa dari rongga hudung, rongga
mulut, orificium urethrae, dan
lain-lain
1) Mikroba
patogen masuk ke jaringan/organ melalui lesi kulit. Hal ini dapat terjadi
sewaktu melakukan insisi bedah atau jarum suntik.
2) Mikroba
patogen masuk melalui kerusakan/lesi mukosa saluran urogenital karena tindakan
invasif, seperti:
a) Tindakan
kateterisasi, sistoskopi
b) Pemeriksaan
dan tindakan ginekologi
c) Pertolongan
persalinan per-vaginam patologis, baik dengan bantuan instrumen medis,
maupun tanpa bantuan yaitu
penyebaran/penularan.
3) Dengan
cara inhalasi, mikroba patogen masuk melalui rongga hidung menuju saluran
napas. Partikel infeksiosa yang menular berada di udara dalam bentuk aerosol.
Penularan langsung dapat terjadi melalui percikan ludah apabila terdapat
individu yang mengalami infeksi saluran napas melakukan ekshalasi paksa seperti
batuk atau bersin. Dari penularan tidak langsung juga dapat terjadi apabila
udara dalam ruangan terkontaminasi.
4) Dengan
cara ingesti, yaitu melalalui mulut masuk ke dalam saluran cerna. Terjadi pada
saat makan dan minum dengan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
c. Tahap
III
Setelah
memperoleh akses masuk, mikroba patogen segera melakuakan invasi dan mencari
jaringan yang sesuai. Selanjutnya melakukan multiplikasi /berkembang biak
disertai dengan tindakan destruktif terhadap jaringan, walaupun ada upaya
perlawanan dari pejamu. Sehingga terjadilah reaksi infeksi yang mengakibatkan
perubahan morfologis dan gangguan fisiologis/fungsi jaringan.
L.
PENYAKIT
YANG DITIMBULKAN
Pseudomonas aeruginosa menimbulkan berbagai penyakit diantaranya yaitu :
·
Infeksi pada luka dan luka
bakar menimbulkan nanah hijau kebiruan
·
Infeksi saluran kemih
·
Infeksi pada saluran napas
mengakibatkan pneumonia yang disertai nekrosis
·
Otitis eksterna ringan pada
perenang
·
Infeksi mata
1.
Penyebaran
Pseudomonas aeruginosa dapat dijumpai di banyak tempat di rumah sakit; desinfektan, alat
bantu pernafasan, makanan, saluran pembuangan air dan kain pel. Penyebaran Pseudomonas
aeruginosa melalui aliran udara, air, tangan tercemar, penanganan dan
alat-alat yang tidak steril di rumah sakit. Selain itu, dapat juga lewat hewan
(lalat, nyamuk, dsb) yang telah tercemar. Pseudomonas aeroginusa menyebabkan
kontaminasi pada perlengkapan anestesi dan terapi pernafasan, cairan intravena,
bahkan air hasil proses penyulingan.
2.
Penularan
Pseudomonas aeruginosa akan keluar
dari sumbernya, mengalami penyebaran dan mempunyai gerbang masuk bagi inang
yang rentan. Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari saluran yang telah
diinfeksinya. Apabila menginfeksi pada saluran pernapasan maka akan meninggalkan
saluran tersebut dan berpindah pada inang rentan yang lain. Mengingat Pseudomonas
aeruginosa merupakan patogen nosokomial, cara pemindahsebarannya dapat
melalui penanganan dan penggunaan alat yang tidak steril. Kemudian akan
menginfeksi inang lain yang rentan pada bagian tertentu misalnya saluran
kencing. Inang rentan ini biasanya pasien bedah, pasien yang terluka atau luka
bakar, pasien yang menjalani pengobatan radiasi, juga pasien dengan peralatan
yang menembus tubuh.
3.
Gejala
Gejalanya tergantung bagian
tubuh yang terkena, tetapi infeksi ini cenderung berat:
·
Infeksi pada luka atau luka
bakar, ditandai dengan nanah biru-hijau dan bau manis seperti anggur. Infeksi
ini sering menyebabkan daerah ruam berwarna hitam keunguan dengan diameter
sekitar 1 cm, dengan koreng di tengahnya yang dikelilingi daerah kemerahan dan
pembengkakan. Ruam ini sering timbul di ketiak dan lipat paha. Hal ini dapat
juga dialami oleh penderita kanker.
·
Infeksi saluran kemih,
biasanya kronis dan terjadi pada orang tua.
·
Pneumonia, pada fibrosis
kistik mungkin terjadi kolonisasi kuman strain yang berlendir pada paru-paru.
Infeksi paru-paru pada penderita bila menghirup Pseudomonas aeruginosa dalam
jumlah besar pada alat bantu pernafasan yang tercemar. Sering menyebabkan
gangguan mental, renjatan septik gram negatif dan sianosis yang semakin berat.
·
Otitis eksterna maligna,
suatu infeksi telinga, bisa menyebabkan nyeri telinga hebat dan kerusakan saraf
dan sering terjadi pada penderita kencing manis.
·
Infeksi mata, Pseudomonas
bisa menyebabkan koreng pada mata, mencemari lensa mata dan cairan lensa.
M. Hasil
Ujibiokimia
MEDIA UJI BIOKIMIA
|
HASIL
|
KIA : Fermentasi
H2S
Gas
|
Al/al
-
-
|
SIM : indol
motil
H2S
|
-
+
-
|
Urea
|
-
|
Citrat
|
+
|
MR
|
-
|
VP
|
-
|
PAD
|
-
|
Glukosa
|
-
|
Maltosa
|
-
|
Manitol
|
-
|
Laktosa
|
-
|
Sukrosa
|
-
|
DAFTAR PUSTAKA
-
Jawetz, 1996, Mikrobiologi
Kedokteran, EGC, Jakarta
-
Pelczar, M., 1988, Dasar-Dasar
Mikrobiologi, UI Press, Jakarta
pengobatannya gmna ini, apa bsa sembuh
BalasHapus