Sabtu, 22 Februari 2014

Pseudomonas aeruginusa



BAB I
PENDAHULUAN

Pseudomonas aeruginosa termasuk dalam famili Pseudomonadaceae. Pseudomonadaceae dan beberapa genus lain bersama organisme tertentu, dikenal sebagai Pseudomonas. Istilah Pseudomonas ditujukan pada bakteri yang mempunyai perlengkapan fisiologik sama dengan bakteri dari genus Pseudomonas. Dalam habitat alam tersebar luas dan memegang peranan peting dalam dalam pembusukan zat organik. Bergerak dengan flagel polar, satu atau lebih. Beberapa diantaranya adalah fakultatif khemolitotrof, dapat memakai H2 atau CO sebagai sumber karbon dan katalase positif.
Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia. Bakteri ini kadang-kadang mengkoloni pada manusia dan menimbulkan infeksi apabila fungsi pertahanan inang abnormal. Oleh karena itu, Pseudomonas aeruginosa disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat juga tinggal pada manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan pada kulit manusia. Tetapi, infeksi Pseudomonas aeruginosa menjadi problema serius pada pasien rumah sakit yang menderita kanker, fibrosis kistik dan luka bakar. Angka fatalitas pasien-pasien tersebut mencapai 50 %. Infeksinya biasanya gawat, sulit diobati dan biasanya merupakan infeksi nosocomial. Infeksi nosokomial akibat Pseudomonas aeruginosa salah satunya melalui kateter yang dapat menyebabkan infeksi saluran kemih. Genus Pseudomonas mempunyai spesies paling sedikit 10-12 yang penting dalam klinik.
            Pseudomonas tersebar luas di dalam tanah dan air. Pseudomonas aeruginosa bersifat invasif dan toksigenik, menyebabkan infeksi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang abnormal, dan merupakan patogen nosokomial yang penting. Grup Pseudomonas merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang, motil, dan bersifat aerob, beberapa diantaranya menghasilkan pigmen yang larut dalam air. Pseudomonas banyak ditemukan di air, tanah, tumbuh-tumbuhan, dan binatang. Pseudomonas aeruginosa sering terdapat di flora normal usus dan pada kulit manusia dalam jumlah kecil serta merupakan patogen utama dari kelompoknya. Spesies Pseudomonas yang lain jarang menyebabkan penyakit.
Klasifikasi Pseudomonas didasarkan pada homologi Rrna/ DNA, dan ciri khas biakannya yang lazim. Pseudomonas aeruginosa tersebar luas di alam dan biasanya terdapat di lingkungan rumah sakit yang lembab. Bakteri ini dapat membentuk koloni pada manusia normal, dan bertindak sebagai saprofit. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit bila daya tahan tubuh penjamu abnormal.




BAB II
PEMBAHASAN

Bakteri Pseudomonas aeroginusa sering dihubungkan dengan penyakit pada manusia. Organisme ini merupakan penyebab 10-20% infeksi nosokomial. Sering diisolasi dari penderita dengan neoplastik, luka dan luka bakar yang berat. Bakteri ini juga dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan bagian bawah, saluran kemih, mata dan lain-lain.
A.    KASUS
Raya berusia 21 tahun korban kebakaran, yang menderita 50% luka bakar di tubuhnya dan ia rawat di Rumah Sakit  selama 15 hari dengan pemasangan kateter. Kondisi Raya mulai membaik dan luka bakar mulai mengering, maka Dokter menyatakan Raya diperbolehkan rawat jalan. Namun setelah 3 hari dirumah, Raya merasakan nyeri serta sulit buang air kecil, dan luka bakarnyapun mengeluarkan nanah berwarna hijau-kebiruan. Raya kembali ke Rumah Sakit dan disarankan dokter untuk periksa ke laboratorium.


D.    TAKSONOMI
Kingdom              : Bacteria
Fillum                   : Proteobacteria
Class                     : Gamma Proteobacteria
Ordo                     : Pseudomonadales
Family                  : Pseudomonadaceae
Genus                   : Pseudomonas
Spesies                 : Pseudomonas aeruginosa

E.    KLASIFIKASI
Grup dan Subgrup Homologi Rna
Genus dan Spesies

I.                   Kelompok Flouresen


Kelompok tidak Flouresen

Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas flouresen
Pseudomonas putida
Pseudomonas stutzeri
Pseudomonas mendocina

II.                 
Bulkhorderia pseudomallei
Bulkhorderia mallei
Bulkhorderia cepacia
Ralstonia pickettii

III.              
Comamonas species
Acidovorax species
IV.              
Brevundimonas species

V.                 
Stenotrophomonas maltophilia



F.     MORFOLOGI DAN IDENTIFIKASI
1.      Ciri khas organisme
Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang, motil, dan berukuran sekitar 0,6 x 2 mm. Merupakan bakteri gram negatif dan terlihat sebagai bentuk tunggal, berpasangan atau kadang-kadang dalam bentuk rantai pendek. Pada umumnya bakteri ini mempunyai flagel polar, tetapi kadang-kadang 2-3 flagel. Bila tumbuh pada pembenihan tanpa sukrosa terdapat lapisan lendir polisakarida ekstraseluler. Struktur dinding sel sama dengan family Enterobacteriaceae. Strain yang diisolasi dari bahan klinik sering mempunyai pili untuk perlekatan pada permukaan sel dan memegang peranan penting dalam resistensi terhadap fagositosis.
2.      Biakan
Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri obligat aerob yang dapat tumbuh dengan mudah pada banyak jenis medium biakan, kadang menghasilkan bau manis atau seperti anggur atau seperti jagung (corn taco-like odor). Meskipun Pseudomonas merupakan organisme aerob, tetapi dapat mempergunakan nitrat dan arginin sebagai aseptor elektron dan tumbuh secara anaerob. Beberapa strain merupakan hemolisa darah. Pseudomonas aeruginosa membentuk koloni bulat halus dengan fluoresensi kehijauan.
Pseudomonas aeruginosa menghasilkan satu atau lebih pigmen, yang dihasilkan dari asam amino aromatik seperti tirosin dan fenilalanin. Beberapa pigmen tersebut antara lain :
-   Piosianin, pigmen berwarna biru dihasilkan strain piosianogenik yang tidak berflouresensi.
-   Pioverdin, pigmen berwarna kuning kehijauan yang berflouresensi.
-   Piorubin, pigmen berwarna merah.
-   Piomelanin, pigmen berwarna coklat.
Piosianin, pioburin, dan piomelanin tidak berfluoresensi tetapi dapat larut dalam air. Strain yang tidak menghasilkan piosianin disebut apiosianogenik. Kebanyakan strain membentuk koloni halus bulat dengan warna fluoresensi kehijauan, yang merupakan kombinasi pioverdin dan piosianin.
Pseudomonas aeruginosa pada biakan dapat membentuk berbagai jenis koloni. Pseudomonas aeruginosa dari jenis koloni yang berbeda, juga dapat mempunyai aktivitas biokimia dan enzimatik yang berbeda dan pola kerentanan antimikroba yang berbeda pula. Kadang tidak jelas apakah suatu jenis koloni merupakan strain Pseudomonas aeruginosa yang berbeda atau varian dari strain yang sama. Biakan dari pasien dengan fibrosis kistik sering menghasilkan organisme Pseudomonas aeruginosa membentuk koloni mukoid akibat produksi berlebihan dari alginat, suatu eksopolisakarida. Pada pasien fibrosis kistik, tampaknya eksopolisakarida berfungsi menghasilkan matriks sehingga organisme dapat hidup dalam biofilm.
Pseudomonas aeruginosa membentuk biofilm

 Isolat dari tanah atau air mempunyai ciri koloni yang kecil dan tidak rata. Pembiakan dari spesimen klinik biasanya menghasilkan satu atau dua tipe koloni yang halus.
·         Koloni besar dan halus dengan permukaan rata.
·         Koloni halus dan mucoid sebagai hasil produksi berlebihan dari alginat. Tipe ini sering didapat dari sekresi saluran pernapasan dan saluran kemih.


Alignat merupakan suatu eksopolisakarida yang merupakan polimer dari glucoronic acid dan mannuronic acid, berbentuk gel kental disekeliling bakteri. Alignat ini memungkinkan bakteri untuk membentuk biofilm, yaitu kumpulan koloni sel-sel mikroba yang menempel pada suatu permukaan misalnya kateter intravena atau jaringan paru. Alignat dapat melindungi bakteri dari pertahanan tubuh inang, seperti limfosit, fagosit, silia, di saluran pernafasan, antibodi, dan komplemen. Pseudomonas aeruginosa membentuk biofilm untuk membantu kelangsungan hidupnya saat membentuk koloni pada paru-paru manusia.

3.      Media Selektif Pseudomonas
Media Pseudomonas Agar merupakan media awal yang diusulkan oleh King, Ward, dan Raney (1954) untuk mengisolasi dan membedakan Pseudomonas berdasarkan pembentukkan piosianin dan/atau piorubin atau materi fluoresein). Media Pseudomonas Agar Base ada dua macam yaitu tipe P (menginduksi piosianin atau piorubin) dan F (menginduksi pigmen fluoresein, menghambat pigmen piosianin).


4.      Sifat Pertumbuhan
Pseudomonas aeruginosa dapat tumbuh dengan baik pada suhu 37-420C, pertumbuhannya pada suhu 420 C membantu membedakan spesies ini dari spesies pseudomonas yang lain dari kelompok fluoresensi. Bakteri ini bersifat oksidase-positif, dan tidak memfermentasi karbohidrat, tetapi banyak strain yang mengoksidai glukosa. Identifikasi biasanya berdasarkan morfologi koloni, sifat oksidase-positif, adanya pigmen yang khas, dan pertumbuhan pada suhu 420 C. Untuk membedakan Pseudomonas aeruginosa dari spesies pseudomonas yang lain berdasarkan aktivitas biokimianya, diperlukan pengujian dengan berbagai substrat.

G.     STRUKTUR ANTIGEN DAN TOKSIN
Pseudomonas aeruginosa memiliki 2 macam antigen yaitu antigen-H dan antigen-O dan paling sedikit ada 7 tipe antigen Pseudomonas aeruginosa yang telah ditetepkan. Lipopolisakarida menentukan kekhususan antigen. Vaksin dari tipe-tipe ini yang diberikan pada penderita ‘’high-risk’’ akan memberikan perlindungan terhadap sepsis Pseudomonas 10 hari kemudian. Pengobatan seperti ini diberikan pada kasus-kasus leukemia, luka bakar, fibrosis kristik dan penekanan immune.
Fili ( fimbria ) menjulur dari pemukaan sel dan membantu pelekatan pada sel epitel pejamu. Eksopolisakarida merupakan komponen yang menyebabkan terlihatnya koloni mukoid pada biakan pasien fibrosis kistik. Lipopolisakarida, yang ada dalam berbagai immunotype, bertanggung jawab untuk kebanyakan sifat endotoksik organisme. Pseudomonas aeuginosa dapat dibedakan jenisnya berdasarkan pada immunotype lipopolisakarida dan kerentanannya terhadap piosin ( bakterisin ). Sebagian besar isolat Pseudomonas aeruginosa yang berasal dari infeksi klinis menghasilkan enzim ekstraseluller, termasuk elastase, protease , dan dua hemolisin : fosfolipase C tidak tahan panas dan glikolipid tahan panas.
Banyak strain Pseudomonas aeruginosa menghasilkan eksotoksin A, yang menyebabkan nekrosis jaringan dan bersifat letal untuk binatang jika disuntikkan dalam bentuk murni. Toksin tersebut menghambat sintesis protein melalui suatu difteri, walaupun struktur kedua toksin tersebut tidak sama. Antitoksin terhadap eksotoksin A ditemukan pada beberapa serum manusia, termasuk pasien yang telah sembuh dari infeksi berat Pseudomonas aeruginosa.
Toksin merupakan zat yang menyebabkan luka, sakit, dan kematian organisme, biasanya dengan reaksi kimia atau aktivitas lainnya dalam skala molekul. Sedangkan bakteriosin merupakan komponen mikroba dengan berat molekul rendah yang membatasi pertumbuhan bakteri patogen. Bakteriosin yang diproduksi bakteri gram negatif mempunyai aktivitas dan spektrum yang luas dibanding bakteriosin yang dihasilkan bakteri gram positif. Produk ekstraseluler yang dihasilkan berupa enzim-enzim, yaitu elastase, protease, dan dua hemolisin, fosfolipase C yang tidak tahan panas, phenazine dan rhamnolipid.

H.    PATOGENESIS
Pseudomonas aeruginosa bersifat patogenik hanya bila terpajan pada daerah yang tidak terdapat pertahanan tubuh normal, misalnya apabila membran mukosa dan kulit rusak akibat kerusakan jaringan langsung, jika digunakan kateter intravena atau urine atau jika terdapat neutropenia, seperti pada penyakit kanker yang diberikan kemoterapi. Bakteri ini menempel dan membentuk koloni pada membran mukosa atau kulit, menginvasi secara lokal, dan menyebabkan penyakit sistemik.
Faktor sifat yang memungkinkan organisme mengatasi pertahanan tubuh normal dan menimbulkan penyakit ialah :
  • Pili, yang melekat dan merusak membran basalis sel
  • Polisakarida simpai, yang meningkatkan perlekatan pada jaringan tetapi tidak menekan fagositosis.
  • Suatu hemolisin yang memiliki aktivitas fosfolipasa
  •  Kolagenasa dan elastasa dan flagel untuk membantu pergerakan.
  • Sedangkan faktor yang menentukan daya patogen adalah :
  • LPS mirip dengan yang ada pada Enterobacteriaceae
  •  Eksotoksin A, suatu transferasa ADP-ribosa mirip dengan toksin difteri yang menghentikan sintesis protein dan menyebabkan nekrosis di dalam hati
  •  Eksotoksin S yang juga merupakan transferasa ADP-ribosa yang mampu menghambat sintesis protein eukariota.
Produksi enzim-enzim dan toksin-toksin yang merusak barrier tubuh dan sel-sel inang menentukan kemampuan Pseudomonas aeruginosa menyerang jaringan. Endotoksin Pseudomonas aeruginosa seperti yang dihasilkan bakteri gram negatif lain menyebabkan gejala sepsis dan syok septik. Eksotoksin A menghambat sintesis protein eukariotik dengan cara kerja yang sama dengan cara kerja toksin difteria (walaupun struktur kedua toksin ini tidak sama) yaitu katalisis pemindahan sebagian ADP-ribosil dari NAD kepada EF-2.
Hasil dari kompleks ADP-ribosil-EF-2 adalah inaktivasi sintesis protein sehingga mengacaukan fungsi fisiologik sel normal. Enzim-enzim ekstraseluler, seperti elastase dan protease mempunyai efek hidrotoksik dan mempermudah invasi organisme ini ke dalam pembuluh darah.
Antitoksin terhadap eksotoksin A ditemukan dalam beberapa serum manusia, termasuk serum penderita yang telah sembuh dari infeksi yang berat. Piosianin merusak silia dan sel mukosa pada saluran pernafasan. Lipopolisakarida mempunyai peranan penting sebagai penyebab timbulnya demam, syok, oliguria, leukositosis, dan leukopenia, koagulasi intravaskular diseminata, dan sindroma gagal pernafasan pada orang dewasa.
Strain Pseudomonas aeruginosa yang punya sistem sekresi tipe III. Secara signifikan lebih virulen dibandingkan dengan yang tidak punya sistem sekresi tersebut. Sistem sekresi tipe III adalah sistem yang dijumpai pada bakteri gram negatif, terdiri dari sekitar 30 protein yang terbentang dari bagian dalam hingga luar membran sel bakteri, berfungsi seperti jarum suntik yang menginjeksi toksin-toksin secara langsung ke dalam sel inang sehingga memungkinkan toksin mencegah netralisasi antibodi.

I.    TEMUAN KLINIS
Pseudomonas aeroginusa menyebabkan infeksi pada luka dan luka bakar, menghasilkan nanah warna hijau, meningitis jika masuk melalui fungsi lumbal, dan infeksi saluran kencing jika masuk melalui kateter dan instrumen atau karena larutan irigasi. Penyerangan pada saluran nafas, khususnya respirator yang tercemar, mengakibatkan pneumonia nekrotika (necrotizing pneumonia). Bakteri sering ditemukan pada otitis ekterna ringan pada perenang. Hal ini dapat menyebabkan otitis ekterna ganas pada pasien diabetes. Infeksi pada mata, yang mengarah pada perusakan mata dengan cepat, biasanya terjadi sesudah luka atau operasi mata. Pada bayi dan orang yang lemah Pseudomonas aeroginusa mungkin masuk aliran darah dan mengakibatkan sepsis yang fatal, hal ini terjadi biasanya pada pasien dengan leukemia atau limfoma yang mendapatkan terapi antineoplastik atau terapi radiasi dan pada pasien dengan luka bakar yang berat.
Sebagian besar infeksi Pseudomonas aeroginusa, gejala dan tandanya tidak spesifik dan berkaitan dengan organ yang terserang. Kadang-kadang, verdoglobin (hasil perpecahan hemoglobin) atau pigmen fluoresen dapat dideteksi pada luka, luka bakar, atau urine dengan sinar ultraviolet. Nekrosis hemoragik pada kulit sering terjadi dalam sepsis karena Pseudomonas aeroginusa; luka yang disebut ektima gangrenosum, dikelilingi daerah kemerahan dan sering tidak berisikan nanah. Pseudomonas aeroginusa dapat dilihat pada sediaan hapusan dari lesi ektima yang diwarnai dengan Gram, dan hasil biakan positif. Ektima gangrenosum tidak biasa terjadi pada bakteremia oleh mikroba selain Pseudomonas aeroginusa.

J.       UJI LABORATORIUM DIAGNOSTIK
a.      Spesimen
Spesimen dari luka kulit, nanah, darah, cairan spinal, sputum, dan bagian lain diambil sesuai tempat infeksi.
b.      Hapusan
Batang gram-negatif sering dilihat pada hapusan. Tidak ada karakteristik morfologi spesifik yang membedakan Pseudomonas dari enterik atau batang gram negative lain.
c.       Biakan
Spesimen ditanam pada lempeng agar darah dan media deferensial yang biasanya digunakan untuk membiakkan bakteri batang gram-negatif enterik. Pseudomonas tumbuh cepat pada sebagian besar media tersebut, tetapi mungkin tumbuh lebih pelan dibanding enterik. Pseudomonas aeroginusa tidak meragikan laktosa dan mudah dibedakan dari bakteri peragi laktosa. Pembiakan merupakan tes spesifik dari diagnosis infeksi Pseudomonas aeroginusa.

K.      INFEKSI NOSOKOMIAL
Infeksi nosocomial adalah infeksi yang terjadi pada penderita-penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan. Infeksi nosocomial saat ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) di rumah sakit, sehingga dapat menjadi masalah kesehatan baru, baik di Negara berkembang maupun di Negara maju.
Saat ini, angka kejadian infeksi nosocomial telah dijadikan salah satu tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit. Ijin operasional sebuah rumah sakit bisa dicabut karena tingginya angka kejadian infeksi nosocomial. Bahkan pihak asuransi tidak mau membayar biaya yang ditimbulkan akibat infeksi nosocomial sehingga pihak penderita sangat dirugikan.
Seperti diketahui, penderita yang terindikasi harus menjalani proses asuhan keperawatan, yaitu penderita harus menjalani observasi, tindakan medis akut, atau pengobatan yang berkesinambungan. Daya tahan tubuh yang lemah sangat rentan terhadap penyakit infeksi. Masuknya mikroba atau transmisi mikroba ke penderita, tentunya berasal dari sekitar penderita, dimana penderita menjalani proses asuhan keperawatan seperti :
  •  Penderita lain, yang juga sedang proses perawatan
  • Petugas pelaksanan (dokter,perawat,dan seterusnya)
  •  Peralatan medis yang digunakan
  •  Tempat (ruangan atau bangsal atau kamar) dimana penderita dirawat
  •  Tempat atau kamar dimana penderita menjalani tindakan medis akut seperti kamar operasi dan kamar bersalin
  •  Makanan dan minuman yang disajikan
  • Lingkungan rumah sakit secara umum
Di beberapa bagian terutama di bagian penyakit dalam, terdapat banyak prosedur dan tindakan yang dilakukan baik untuk membantu diagnosa maupun memonitor perjalanan penyakit dan terapi yang dapat menyebabkan pasien cukup rentan terkena infeksi nosokomial. Pasien dengan umur tua, berbaring lama, atau beberapa tindakan seperti prosedur diagnostik invasif, infus yang lama dan kateter urin yang lama, atau pasien dengan penyakit tertentu yaitu penyakit yang yang memerlukan kemoterapi, dengan penyakit yang sangat parah, penyakit keganasan, diabetes, anemia, penyakit autoimun dan penggunaan immunosupresan atau steroid didapatkan bahwa risiko terkena infeksi nosokomial lebih besar. Faktor-faktor yang berperan memberi peluang timbulnya infeksi nosokomial adalah sebagai berikut :
a.    Faktor-faktor yang ada dari diri penderita ( intrinsic factor )seperti umur, jenis kelamin, kondisi umum penderita, risiko terapi, atau adanya penyakit lain yang menyertai penyakit dasar ( multipatologi ) beserta komplikasinya. Faktor-faktor ini merupakan faktor predisposisi.
b.    Faktor keperawatan seperti lamanya hari perawatan ( length of stay ), menurunnya standar pelayanan perawatan, serta padatnya penderita dalam satu ruangan.
c.    Faktor mikroba patogen seperti tingkat kemampuan invasi serta tingkat kemampuan merusak jaringan, lamanya pemaparan ( length of exposure ) antara sumber penularan ( reservoir ) dengan penderita.

Tahap infeksi nosokomial
a.       Tahap I
Mikroba patogen bergerak menuju tempat yang menguntungkan (pejamu/penderita)melalui mekanisme penyebaran (mode of transmission).
1)      Penularan langsung
Melalui droplet nuclei yang berasal dari petugas, keluarga/pengunjung, dan penderita lainnya. Kemungkinan lain melalui darah saat transfusi darah,
2)      Penularan tidak langsung
Penularan tidak langsung dapat terjadi sebagai berikut :
a)      Vehicle-borne, yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen melalui benda-benda mati seperti peralatan medis, bahan-bahan material medis, atau peralatan makan/minum untuk penderita.
b)      Vector-borne, yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen dengan perantara vektor seperti lalat. Luka terbuka, jaringan nekrotis, luka bakar, dan gangren adalah kasus-kasus yang rentan dihinggapi lalat.
c)      Food-borne, yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen melalui makanan dan minuman yang disajikan untuk penderita. Mikroba patogen dapat ikut menyertainya sehingga menimbulkan gejala dan keluhan gastrointestinal, baik ringan maupun berat.
d)     Water-borne, kemungkinan terjadinya penyebaran/penularan penyakit infeksi melalui air kecil sekali, mengingat tersedianya air bersih di rumah sakit sudah melalui uji baku mutu.
e)      Air-borne, peluang terjadinya infeksi silang melalui media perantara ini cukup tinggi karena ruangan/bangsal yang relatif tertutup, secara teknis kurang baik ventilasi dan pencahayaannya. Kondisi ini dapat menjadi lebih buruk dengan jumlah penderita yang cukup banyak.
b.      Tahap II
Upaya berikutnya dari mikroba patogen adalah melakukan invasi ke jaringan/organ pejamu (penderita) dengan cara mencari akses masuk untuk masing-masing penyakit seperti adanya kerusakan/lesi kulit atau mukosa dari rongga hudung, rongga mulut, orificium urethrae, dan lain-lain
1)      Mikroba patogen masuk ke jaringan/organ melalui lesi kulit. Hal ini dapat terjadi sewaktu melakukan insisi bedah atau jarum suntik.
2)      Mikroba patogen masuk melalui kerusakan/lesi mukosa saluran urogenital karena tindakan invasif, seperti:
a)      Tindakan kateterisasi, sistoskopi
b)      Pemeriksaan dan tindakan ginekologi
c)      Pertolongan persalinan per-vaginam patologis, baik dengan bantuan instrumen medis, maupun  tanpa bantuan yaitu penyebaran/penularan.
3)      Dengan cara inhalasi, mikroba patogen masuk melalui rongga hidung menuju saluran napas. Partikel infeksiosa yang menular berada di udara dalam bentuk aerosol. Penularan langsung dapat terjadi melalui percikan ludah apabila terdapat individu yang mengalami infeksi saluran napas melakukan ekshalasi paksa seperti batuk atau bersin. Dari penularan tidak langsung juga dapat terjadi apabila udara dalam ruangan terkontaminasi.
4)      Dengan cara ingesti, yaitu melalalui mulut masuk ke dalam saluran cerna. Terjadi pada saat makan dan minum dengan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
c.       Tahap III
Setelah memperoleh akses masuk, mikroba patogen segera melakuakan invasi dan mencari jaringan yang sesuai. Selanjutnya melakukan multiplikasi /berkembang biak disertai dengan tindakan destruktif terhadap jaringan, walaupun ada upaya perlawanan dari pejamu. Sehingga terjadilah reaksi infeksi yang mengakibatkan perubahan morfologis dan gangguan fisiologis/fungsi jaringan.

L.    PENYAKIT YANG DITIMBULKAN

Pseudomonas aeruginosa menimbulkan berbagai penyakit diantaranya yaitu :
·         Infeksi pada luka dan luka bakar menimbulkan nanah hijau kebiruan
·         Infeksi saluran kemih
·         Infeksi pada saluran napas mengakibatkan pneumonia yang disertai nekrosis
·         Otitis eksterna ringan pada perenang
·         Infeksi mata
1.      Penyebaran
Pseudomonas aeruginosa dapat dijumpai di banyak tempat di rumah sakit; desinfektan, alat bantu pernafasan, makanan, saluran pembuangan air dan kain pel. Penyebaran Pseudomonas aeruginosa melalui aliran udara, air, tangan tercemar, penanganan dan alat-alat yang tidak steril di rumah sakit. Selain itu, dapat juga lewat hewan (lalat, nyamuk, dsb) yang telah tercemar. Pseudomonas aeroginusa menyebabkan kontaminasi pada perlengkapan anestesi dan terapi pernafasan, cairan intravena, bahkan air hasil proses penyulingan.
2.      Penularan
Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari sumbernya, mengalami penyebaran dan mempunyai gerbang masuk bagi inang yang rentan. Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari saluran yang telah diinfeksinya. Apabila menginfeksi pada saluran pernapasan maka akan meninggalkan saluran tersebut dan berpindah pada inang rentan yang lain. Mengingat Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen nosokomial, cara pemindahsebarannya dapat melalui penanganan dan penggunaan alat yang tidak steril. Kemudian akan menginfeksi inang lain yang rentan pada bagian tertentu misalnya saluran kencing. Inang rentan ini biasanya pasien bedah, pasien yang terluka atau luka bakar, pasien yang menjalani pengobatan radiasi, juga pasien dengan peralatan yang menembus tubuh.
3.      Gejala
Gejalanya tergantung bagian tubuh yang terkena, tetapi infeksi ini cenderung berat:
·         Infeksi pada luka atau luka bakar, ditandai dengan nanah biru-hijau dan bau manis seperti anggur. Infeksi ini sering menyebabkan daerah ruam berwarna hitam keunguan dengan diameter sekitar 1 cm, dengan koreng di tengahnya yang dikelilingi daerah kemerahan dan pembengkakan. Ruam ini sering timbul di ketiak dan lipat paha. Hal ini dapat juga dialami oleh penderita kanker.
·         Infeksi saluran kemih, biasanya kronis dan terjadi pada orang tua.
·         Pneumonia, pada fibrosis kistik mungkin terjadi kolonisasi kuman strain yang berlendir pada paru-paru. Infeksi paru-paru pada penderita bila menghirup Pseudomonas aeruginosa dalam jumlah besar pada alat bantu pernafasan yang tercemar. Sering menyebabkan gangguan mental, renjatan septik gram negatif dan sianosis yang semakin berat.
·         Otitis eksterna maligna, suatu infeksi telinga, bisa menyebabkan nyeri telinga hebat dan kerusakan saraf dan sering terjadi pada penderita kencing manis.
·         Infeksi mata, Pseudomonas bisa menyebabkan koreng pada mata, mencemari lensa mata dan cairan lensa.

M. Hasil Ujibiokimia
MEDIA UJI BIOKIMIA
HASIL
KIA : Fermentasi
          H2S
           Gas
Al/al
-
-
SIM : indol
          motil
          H2S
-
+
-
Urea
-
Citrat
+
MR
-
VP
-
PAD
-
Glukosa
-
Maltosa
-
Manitol
-
Laktosa
-
Sukrosa
-




DAFTAR PUSTAKA

-        Jawetz, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, EGC, Jakarta
-        Pelczar, M., 1988, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI Press, Jakarta
-        http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/lia-natalia078114123.pdf di unduh 16 November 2013 pukul 20.54 WIB

1 komentar:

Laboratorium Parasitologi Representatif

BAB I PENDAHULUAN Parasitologi adalah adalah suatu ilmu cabang biologi yang mempelajari tentang semua organisme parasit. Dalam ...