BAB I
PENDAHULUAN
Pengukuran gas darah
arteri sangat penting dalam menilai pertukaran gas dalam paru. Pengukuran ini
untuk mengukur keasaman darah dan kadar bikarbonat. Analisa gas darah dilakukan
untuk mengevaluasi status oksigen dan karbondioksida di dalam darah arteri dan
mengukur pH-nya.
Proses perubahan pH darah
ada dua macam yaitu proses perubahan yang bersifat metabolik (adanya perubahan
konsentrasi bikarbonat yang disebabkan gangguan metabolisme) dan yang bersifat
respiratorik (adanya perubahan tekana parsial O2 yang disebabkan gangguan
respirasi). Perubahan PaCO2 akan menyebabkan perubahan pH darah. pH darah akan
turun /asidosis jika PaCO2 meningkat (asidosis respiratorik primer) atau jika
HCO3- /alkalosis metabolik primer.
Asidosis ada dua macam,
yaitu asidosis akut dan asidosis kronik,
juga alkalosis ada dua macam, yaitu alkalosis akut dan alkalosis kronik.
Penggolongan asidosis/alkalosis akut berdasarkan kejadiannya belum lama dan
belum ada upaya tubuh untuk mengkompensasi perubahan pH darah, sedangkan jika
kronik jika kejadiannya telah melampaui 48 jam dan telah terdapat hasil upaya
tubuh untuk mengkompensasi pH.
Pemeriksaan gas darah dan PH digunakan sebagai
pegangan dalam penanganan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun.
Pemeriksaan gas darah dipakai untuk menilai:
·
keseimbangan asam basa dalam tubuh
·
kadar oksigenasi dalam darah
·
kadar karbondioksida dalam darah
Hasil dari
pemeriksaan gas darah sangat berarti bagi monitoring hasil tindakan
penatalaksanaan oksigenasi klien, therapy oksigen, dan untuk mengevaluasi
respon tubuh klien terhadap tindakan dan therapy misalnya pada saat klien
menjalani weaning dari penggunaan ventilator. Sampel darah yang diambil digunakan
untuk mengukur komponen gas didalam darah arteri dan pH darah. Nilai yang
diperoleh mereflekasikan kualitas ventilasi dan perfusi jaringan.
Pemeriksaan analisa gas darah dikenal
juga dengan nama pemeriksaan “ASTRUP”.
Analisis Gas Darah (AGD) tidak perlu dilakukan
apabila :
1. Hasil tidak akan
memberikan pengaruh pada tindakan medis selanjutnya
2. Mengikuti prosedur
pemeriksaan yang ada, bukan karena adanya indikasi
3. Masih terdapat cara
lain yang lebih mudah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan
4. Komplikasi yang
timbul lebih tinggi daipada hasil AGD yang diharapkan.
Perlu berhati-hati pengambilan darah pada keaadan-keadaan :
· Gangguan glukopati
·
Mendapat terapi
antikoagulan
·
Infeksi di tempat
pengambilan darah
Komplikasi akibat pengambilan darah :
·
Hematom atau perdarahan
·
Nyeri
·
Emboli udara atau
bekuan darah
·
Infeksi
BAB II
ISI
Pemeriksaan
ASTRUP/Analisa Gas Darah
A.
Pengertian
Astrup adalah suatu pemeriksaan analisa gas darah
melalui darah arteri.
B.
Tujuan
-
Untuk mengetahui
keseimbangan asam dan basa dalam tubuh
-
Untuk mengetahui
kadar oksigen dalam tubuh
-
Untuk mengetahui
kadar CO2 dalam tubuh
C.
Lokasi Pengambilan
Darah
-
Arteri radialis
-
Arteri
brakhialis
-
Arteri femoralis
D.
Alat-Alat
-
Disposable 2.5
cc
-
Perlak/alas
-
Heparin
-
Kapas alkohol
-
Bak spuit
-
Bengkok
-
Penutup udara
dari karet
-
Wadah berisi es
(baskom atau kantong plastik)
-
Beri label untuk
menulis status klinis pasien yang meliputi : nama, tanggal dan waktu, apakah
menerima O2, bila ya berapa liter dan dengan rute apa
*Perhatian
khusus agar pemeriksaan akurat :
a. Pasien diusahakan dalam keaadan tenang dan tidak
takut atau gelisah dengan posisi berbaring (bila dalam keaadan takut atau
gelisah akan menyebabkan hiperventilasi)
b. Pengambilan astrup dilakukan 20 menit setelah
pemberian oksigen pada pasien yang sedang pemberian oksigen dan cantumkan kadar
oksigen yang diberikan
c. Pengambilan darah hati-hati bila ada perdarahan dan
hematome akibat pengambilan darah terutama pada pasien yang sedang mendapat
terapi antikoagulan
d. Jika AGD dilakukan bersamaan dengan rencana
pemeriksaan spirometri, darah arteri diambil sebelum pemeriksaan spirometri
dilakukan (bertujuan untuk menentukan diagnosa gagal napas)
e. Suhu tubuh pasien waktu pengambilan darah harus
dicantumkan pada formulir permohonan pemeriksaan yang meliputi : nama, tanggal
dan waktu, apakah menerima O2 bila ya berapa liter dan dengan rute
apa.
E.
Teknik
Pengambilan Darah
-
Arteri radialis
umumnya dapat dipakai meskipun arteri brakhialis juga dapat digunakan
-
Bila menggunakan
arteri radialis, sebaiknya dilakukan uji Allen/Allen’s test (untuk pemeriksaan
sistem kolateral pembuluh darah/arteri radialis)
Uji Allen :
1. Pasien diminta untuk mengepalkan tangan dengan
kencang
2. Pangambil darah dengan jari menekan kedua arteri
radialis dan arteri ulnaris
3. Pasien diminta untuk mengepalkan dan membuka
beberapa kali hingga jari-jari memucat, kemudian biarkan telapak tangan terbuka
4. Pengambil darah melepaskan tekanan jarinya dari
arteri ulnaris, telapak tangan akan pulih warnanya dalam 15 detik bila darah
dari arteri ulnaris mengisi pembuluh kapiler tangan
5. Perhatian: bila terdapat gangguan kolateralisasi
pada arteri ulnaris (uji Allen negatif, arteri radialis tidak boleh digunakan
untuk pengaambilan darah arteri)
*Modifikasi uji
Allen:
Pemeriksa
berhadapan dengan pasien, menggunakan ksdua tangan untuk meraba denyut arteri
radialis dan ulnaris
F.
Cara Kerja
1. Beri tahu pasien tujuan pengambilan darah
2. Pasang alas/perlak pada lokasi yang akan diambil
darah
3. Usahakan agar lengan dalam posisi abduksi dengan
telapak tangan menghadap ke atas dan pergelangan tangan ekstensi 30 agar
jarinag lunak terfiksasi oleh ligamen dan tulang. Bila perlu bagian bawah
pergelangan dapat diganjal dengan bantal kecil
4. Jari pemeriksa diletakkan di arteri radialis
(proksimal dari lipatan kulit telapak pergelangan) untuk meraba denyut nadi
agar dapat memperkirakan letak dan kedalaman pembuluh darah
5. 1 ml heparin diaspirasi ke dalam spuit, sehingga
dasar spuit basah dengan heparin dan kelebihan heparin dibuang melalui jarum,
dilakukan secara perlahan sehingga pangkal jarum penuh dengan heparin dan tidak
ada gelembung udara
6. Pastikan denyutan/pulpasi dari arteri terbesar
kemudian dengan memakai tangan kiri antara telunjuk dan jari tengah beri batas
daerah yang akan ditusuk, dan titik maksimum denyut ditemukan
7. Lakukan tindakan asepsis/antisepsis, bersihkan
tempat tersebut dengan kapas alkohol
8. Setelah melakukan tindakan sepsis/antisepsis, jarum
5-10 mm ditusukkan pad daerah distal dari jari pemeriksa dengan menekan arteri.
Jarum ditusukkan dengan membentu sudut 30o dengan permukaan lengan
dengan posisi lubang jarum/bevel menghadap ke atas
9. Jarum yang masuk ke arteri akan menyebabkan torak
semprit terdorong oleh tekanan darah
10. Pada pasien hipotensi, torak akan ditarik perlahan
(jangan terlalu cepat karena akan menghisap udara), indikasi satu-satunya bahwa
darah tersebut darah arteri adalah adanya pemompaan darah dalam spuit dengan
kekuatan sendiri
*Ciri-ciri darah
arteri : teraba denyutan, lokasi tusukan lebih dalam, warna darah lebih terang,
darah akan masuk sendiri ke dalam semprit
11. Sejumlah darah yang diperlukan terpenuhi (minimal 1
ml), cabut jarum dengan cepat dan di tempat tusukan jarum lakukan penekanan
dengan jari selama 5 menit untuk mencegah keluarnya darah dari pembuluh arteri
(10 menit untuk pasien yang mendapat antikoagulan)
12. Gelembung udara harus dibuang keluar spuit,
lepaskan jarum dan tempatkan penutup udara pada spuit, putar spuit diantara
telapak tangan untuk mencampurkan heparin
13. Spuit diberi label dan tempatkan dalam es atau air
es/termos berisi air es dan es batu [semprit dibungkus plastik agar air tidak
masuk dalam semprit, keaadan dingin (4oC) bertujuan memperkecil
terjadinya perubahan biokimiawi/proses metabolisme yang akan meningkatkan CO2
kemudian langsung dibawa ke laboratorium]
G.
Pengambilan
Darah Arteri Brakhialis
1. Arteri brakhialis letaknya lebih dalam daripada
arteri radialis yaitu di fosa antecubiti. Pengambilan dari arteri brakhialis
harus dilakukan dengan memperhatikan letak syaraf, jangan sampai mencederai
nervus medius yang letaknya berdampingan dengan arteri brakhialis
2. Lengan pasien dalam keadaan ekstensi maksimal, siku
dihiperekstensikan setelah meletakkan handuk di bawah siku
3. Raba denyut arteri brakhialis dengan jari
4. Lakukan tindakan asepsis/antisepsis
5. Tusukkan jarum dengan sudut 45o dan lubang
jarum menghadap ke atas, 5-10 mm distal dari jari pemeriksa yang menekan
pembuluh darah
6. Setelah pengambilan, tekan daerah tusukan selama 5
menit atau lebih hingga perdarahan berhenti
H.
Nilai Hasil
ASTRUP yang Normal dan Interpretasi Hasil
|
Range
|
Interpretasi
|
pH
|
7,35-7,45
|
pH/H menunjukkan jika pasien academic
(pH<7,35 ; H>45) atau alcalemic (ph<7,45 ; H>45)
|
H
|
35-45 nmol/l (nM)
|
See above
|
PO2
|
9,3-11,3 kPa (800-900) mmHg
|
O2 yang rendah menunjukkan pasie
tidak bernapas dengan tepat(hipoksemia), PO2 <60mmHg=suplemen
oksigen harus diberikan, PO2 <26mmHg=pasien berisiko akan
kematian dan harus diberikan dengan segera
|
PCO2
|
4,7-6,0 kPa (35-45) mmHg
|
CO2 dan P CO2 menunjukkan
masalah pernapasan. Untuk kecepatan metabolic yang konstan PCO2
ditentukan oleh ventilasi secara menyeluruh. PCO2 yang
tinggi/asidosik respiratorik menunjukkan underventilasi, PCO2 yang
rendah menunjukkan hiper/overventilasi. Tingkat PCO2 yang dapat
menjadi ABN saat siatem respirasi bekerja untuk mengkompensasi masalah
metabolik untuk menormalkan pH darah. PCO2 yang meningkat
diinginkan pada beberapa perubahan yang dihubungkan dengan kegagalan napas yang sering dikenal hipercapnia
permissive.
|
HCO3
|
22-26 mmol/l
|
Ion HCO3 menunjukkan apakah ada
masalah metabolik/ketoasidosis, HCO3 yang rendah menunjukkan
metabolic asidosis, HCO3 yang tinggi menunjukkan metabolic
alkalosis, tingkat HCO3 dapat menjadi ABN saat ginjal bekerja
untuk mengkompensasi masalah pernapasan dengan tujuan menormalkan pH darah
|
Base Exess
|
-3 to +3 mmol/l
|
BE = digunakan untuk mengkaji komponen
metabolic dari perubahan asam dan basadan menunjukkan apakah pasien mempunyai
asidosis metabolik/alkalosis metabolik
BE = menunjukkan jumlah asam yang dibutuhkan
mengembalikan pHdarah individu ke interval pH (7,35-7,45) dengan jumlah CO2
dengan nilai standar
BE >+3 = menunjukkan pasien mempunyai darah yang memerlukan
peningkatan jumlah asam secara ABN untuk mengembalikan pH ke netral
(menunjukkan alkalosis) atau mengindikasikan pasien dengan asidosis metabolik/primer
atau sekunder terhadap alkalosis respiratorik
BE <-3 = biasanya menunjukkan pasien dengan
asidosis, misal kebutuhan asam yang berlebihan dipindahkan dari darah untuk
mengembalikan pH kembali normal (pasien dengan metabolik asidosis/primer atau
sekunder terhadap alkalosis respiratoris)
|
I.
Langkah-Langkah
Mengevaluasi Hasil
Langkah-langkah yang dianjurkan untuk mengevaluasi
nilai gas darah arteri adalah sebagai berikut :
a. Evaluasi pH
pH <7,35 =
asidosis
pH >7,45 =
alkalosis
pH = 7,4 = normal
pH normal dapat
menunjukkan gas darah yang benar-benar normal
atau pH yang normal ini mungkin suatu indikasi ketidakseimbangan yang
terkompensasi. Ketidakseimbangan yang terkompensasi adalah suatu
ketidakseimbang dimana tubuh mampu memperbiki pH baik dengan perubahan
respiratorik maupun metabolik (tergantung pada masalah utama).
b. Menentukan penyebab primer gangguan dengan
mengevaluasi PaCO2 dan HCO3 yang hubungannya dengan pH
pH >7,4 = alkalosis
· Jika
PaCO2 <40 mmHg gangguan
primer adalah alkalosis respiratorik (situasi ini timbul jika pasien mengalami
hiperventilasi dan lebih banyak CO2 yang dikeluarkan)
· Jika
HCO3 >24 mEq/L gangguan
primer adalah alkalosismetabolik (situasi ini timbul jika tubuh memperoleh
terlalu banyak bikarbonat, suatu substansi alkali, bikarbonat adalah basa, atau
bagian alkali dari sistem buffer asam karbonik bikarbonat)
pH <7,4 = asidosis
· Jika
PaCO2 >40 mmHg gangguan
utama adalah asidosis respiratorik (situasi ini timbul jika pasie mengalami
hipovalensi dan karenanya menahan terlalu banyak CO2, suatu
substansi asam)
· Jika
HCO3 < 24 mEq/L gangguan primer adalah asidosis
metabolik (situasi ini timbul jika kadar bikarbonat dalam tubuh turun, baik
karena kehilangn langsung bikarbonat atau nkarena penambahan asam seperti asam
laktat atau keton)
c. Menentukan apakah kompensasi telah terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar