Sabtu, 22 Februari 2014

Analisa Gas Darah



BAB I
PENDAHULUAN

Pengukuran gas darah arteri sangat penting dalam menilai pertukaran gas dalam paru. Pengukuran ini untuk mengukur keasaman darah dan kadar bikarbonat. Analisa gas darah dilakukan untuk mengevaluasi status oksigen dan karbondioksida di dalam darah arteri dan mengukur pH-nya.
Proses perubahan pH darah ada dua macam yaitu proses perubahan yang bersifat metabolik (adanya perubahan konsentrasi bikarbonat yang disebabkan gangguan metabolisme) dan yang bersifat respiratorik (adanya perubahan tekana parsial O2 yang disebabkan gangguan respirasi). Perubahan PaCO2 akan menyebabkan perubahan pH darah. pH darah akan turun /asidosis jika PaCO2 meningkat (asidosis respiratorik primer) atau jika HCO3- /alkalosis metabolik primer.
Asidosis ada dua macam, yaitu asidosis akut  dan asidosis kronik, juga alkalosis ada dua macam, yaitu alkalosis akut dan alkalosis kronik. Penggolongan asidosis/alkalosis akut berdasarkan kejadiannya belum lama dan belum ada upaya tubuh untuk mengkompensasi perubahan pH darah, sedangkan jika kronik jika kejadiannya telah melampaui 48 jam dan telah terdapat hasil upaya tubuh untuk mengkompensasi pH.
Pemeriksaan gas darah dan PH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah dipakai untuk menilai:
·         keseimbangan asam basa dalam tubuh
·         kadar oksigenasi dalam darah
·         kadar karbondioksida dalam darah
Hasil dari pemeriksaan gas darah sangat berarti bagi monitoring hasil tindakan penatalaksanaan oksigenasi klien, therapy oksigen, dan untuk mengevaluasi respon tubuh klien terhadap tindakan dan therapy misalnya pada saat klien menjalani weaning dari penggunaan ventilator. Sampel darah yang diambil digunakan untuk mengukur komponen gas didalam darah arteri dan pH darah. Nilai yang diperoleh mereflekasikan kualitas ventilasi dan perfusi jaringan.
Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan “ASTRUP.
Analisis Gas Darah (AGD) tidak perlu dilakukan apabila :
1. Hasil tidak akan memberikan pengaruh pada tindakan medis selanjutnya
2.  Mengikuti prosedur pemeriksaan yang ada, bukan karena adanya indikasi
3.   Masih terdapat cara lain yang lebih mudah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan
4.  Komplikasi yang timbul lebih tinggi daipada hasil AGD yang diharapkan.
Perlu berhati-hati pengambilan darah pada keaadan-keadaan :
·        Gangguan glukopati
·         Mendapat terapi antikoagulan
·         Infeksi di tempat pengambilan darah
 Komplikasi akibat pengambilan darah :
·         Hematom atau perdarahan
·         Nyeri
·         Emboli udara atau bekuan darah
·         Infeksi




BAB II
ISI


Pemeriksaan ASTRUP/Analisa Gas Darah

A.    Pengertian
Astrup adalah suatu pemeriksaan analisa gas darah melalui darah arteri.

B.     Tujuan
-        Untuk mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh
-        Untuk mengetahui kadar oksigen dalam tubuh
-        Untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh

C.     Lokasi Pengambilan Darah
-        Arteri radialis
-        Arteri brakhialis
-        Arteri femoralis

D.    Alat-Alat
-        Disposable 2.5 cc
-        Perlak/alas
-        Heparin
-        Kapas alkohol
-        Bak spuit
-        Bengkok
-        Penutup udara dari karet
-        Wadah berisi es (baskom atau kantong plastik)
-        Beri label untuk menulis status klinis pasien yang meliputi : nama, tanggal dan waktu, apakah menerima O2, bila ya berapa liter dan dengan rute apa
*Perhatian khusus agar pemeriksaan akurat :
a.       Pasien diusahakan dalam keaadan tenang dan tidak takut atau gelisah dengan posisi berbaring (bila dalam keaadan takut atau gelisah akan menyebabkan hiperventilasi)
b.      Pengambilan astrup dilakukan 20 menit setelah pemberian oksigen pada pasien yang sedang pemberian oksigen dan cantumkan kadar oksigen yang diberikan
c.       Pengambilan darah hati-hati bila ada perdarahan dan hematome akibat pengambilan darah terutama pada pasien yang sedang mendapat terapi antikoagulan
d.      Jika AGD dilakukan bersamaan dengan rencana pemeriksaan spirometri, darah arteri diambil sebelum pemeriksaan spirometri dilakukan (bertujuan untuk menentukan diagnosa gagal napas)
e.       Suhu tubuh pasien waktu pengambilan darah harus dicantumkan pada formulir permohonan pemeriksaan yang meliputi : nama, tanggal dan waktu, apakah menerima O2 bila ya berapa liter dan dengan rute apa.

E.     Teknik Pengambilan Darah
-        Arteri radialis umumnya dapat dipakai meskipun arteri brakhialis juga dapat digunakan
-        Bila menggunakan arteri radialis, sebaiknya dilakukan uji Allen/Allen’s test (untuk pemeriksaan sistem kolateral pembuluh darah/arteri radialis)
Uji Allen :
1.      Pasien diminta untuk mengepalkan tangan dengan kencang
2.      Pangambil darah dengan jari menekan kedua arteri radialis dan arteri ulnaris
3.      Pasien diminta untuk mengepalkan dan membuka beberapa kali hingga jari-jari memucat, kemudian biarkan telapak tangan terbuka
4.      Pengambil darah melepaskan tekanan jarinya dari arteri ulnaris, telapak tangan akan pulih warnanya dalam 15 detik bila darah dari arteri ulnaris mengisi pembuluh kapiler tangan
5.      Perhatian: bila terdapat gangguan kolateralisasi pada arteri ulnaris (uji Allen negatif, arteri radialis tidak boleh digunakan untuk pengaambilan darah arteri)
*Modifikasi uji Allen:
Pemeriksa berhadapan dengan pasien, menggunakan ksdua tangan untuk meraba denyut arteri radialis dan ulnaris
F.      Cara Kerja
1.      Beri tahu pasien tujuan pengambilan darah
2.      Pasang alas/perlak pada lokasi yang akan diambil darah
3.      Usahakan agar lengan dalam posisi abduksi dengan telapak tangan menghadap ke atas dan pergelangan tangan ekstensi 30 agar jarinag lunak terfiksasi oleh ligamen dan tulang. Bila perlu bagian bawah pergelangan dapat diganjal dengan bantal kecil
4.      Jari pemeriksa diletakkan di arteri radialis (proksimal dari lipatan kulit telapak pergelangan) untuk meraba denyut nadi agar dapat memperkirakan letak dan kedalaman pembuluh darah
5.      1 ml heparin diaspirasi ke dalam spuit, sehingga dasar spuit basah dengan heparin dan kelebihan heparin dibuang melalui jarum, dilakukan secara perlahan sehingga pangkal jarum penuh dengan heparin dan tidak ada gelembung udara
6.      Pastikan denyutan/pulpasi dari arteri terbesar kemudian dengan memakai tangan kiri antara telunjuk dan jari tengah beri batas daerah yang akan ditusuk, dan titik maksimum denyut ditemukan
7.      Lakukan tindakan asepsis/antisepsis, bersihkan tempat tersebut dengan kapas alkohol
8.      Setelah melakukan tindakan sepsis/antisepsis, jarum 5-10 mm ditusukkan pad daerah distal dari jari pemeriksa dengan menekan arteri. Jarum ditusukkan dengan membentu sudut 30o dengan permukaan lengan dengan posisi lubang jarum/bevel menghadap ke atas
9.      Jarum yang masuk ke arteri akan menyebabkan torak semprit terdorong oleh tekanan darah
10.  Pada pasien hipotensi, torak akan ditarik perlahan (jangan terlalu cepat karena akan menghisap udara), indikasi satu-satunya bahwa darah tersebut darah arteri adalah adanya pemompaan darah dalam spuit dengan kekuatan sendiri
*Ciri-ciri darah arteri : teraba denyutan, lokasi tusukan lebih dalam, warna darah lebih terang, darah akan masuk sendiri ke dalam semprit
11.  Sejumlah darah yang diperlukan terpenuhi (minimal 1 ml), cabut jarum dengan cepat dan di tempat tusukan jarum lakukan penekanan dengan jari selama 5 menit untuk mencegah keluarnya darah dari pembuluh arteri (10 menit untuk pasien yang mendapat antikoagulan)
12.  Gelembung udara harus dibuang keluar spuit, lepaskan jarum dan tempatkan penutup udara pada spuit, putar spuit diantara telapak tangan untuk mencampurkan heparin
13.  Spuit diberi label dan tempatkan dalam es atau air es/termos berisi air es dan es batu [semprit dibungkus plastik agar air tidak masuk dalam semprit, keaadan dingin (4oC) bertujuan memperkecil terjadinya perubahan biokimiawi/proses metabolisme yang akan meningkatkan CO2 kemudian langsung dibawa ke laboratorium]

G.    Pengambilan Darah Arteri Brakhialis
1.      Arteri brakhialis letaknya lebih dalam daripada arteri radialis yaitu di fosa antecubiti. Pengambilan dari arteri brakhialis harus dilakukan dengan memperhatikan letak syaraf, jangan sampai mencederai nervus medius yang letaknya berdampingan dengan arteri brakhialis
2.      Lengan pasien dalam keadaan ekstensi maksimal, siku dihiperekstensikan setelah meletakkan handuk di bawah siku
3.      Raba denyut arteri brakhialis dengan jari
4.      Lakukan tindakan asepsis/antisepsis
5.      Tusukkan jarum dengan sudut 45o dan lubang jarum menghadap ke atas, 5-10 mm distal dari jari pemeriksa yang menekan pembuluh darah
6.      Setelah pengambilan, tekan daerah tusukan selama 5 menit atau lebih hingga perdarahan berhenti

H.    Nilai Hasil ASTRUP yang Normal dan Interpretasi Hasil


Range
Interpretasi
pH
7,35-7,45
pH/H menunjukkan jika pasien academic (pH<7,35 ; H>45) atau alcalemic (ph<7,45 ; H>45)
H
35-45 nmol/l (nM)
See above
PO2
9,3-11,3 kPa (800-900) mmHg
O2 yang rendah menunjukkan pasie tidak bernapas dengan tepat(hipoksemia), PO2 <60mmHg=suplemen oksigen harus diberikan, PO2 <26mmHg=pasien berisiko akan kematian dan harus diberikan dengan segera
PCO2
4,7-6,0 kPa (35-45) mmHg
CO2 dan P CO2 menunjukkan masalah pernapasan. Untuk kecepatan metabolic yang konstan PCO2 ditentukan oleh ventilasi secara menyeluruh. PCO2 yang tinggi/asidosik respiratorik menunjukkan underventilasi, PCO2 yang rendah menunjukkan hiper/overventilasi. Tingkat PCO2 yang dapat menjadi ABN saat siatem respirasi bekerja untuk mengkompensasi masalah metabolik untuk menormalkan pH darah. PCO2 yang meningkat diinginkan pada beberapa perubahan yang dihubungkan dengan kegagalan  napas yang sering dikenal hipercapnia permissive.
HCO3
22-26 mmol/l
Ion HCO3 menunjukkan apakah ada masalah metabolik/ketoasidosis, HCO3 yang rendah menunjukkan metabolic asidosis, HCO3 yang tinggi menunjukkan metabolic alkalosis, tingkat HCO3 dapat menjadi ABN saat ginjal bekerja untuk mengkompensasi masalah pernapasan dengan tujuan menormalkan pH darah
Base Exess
-3 to +3 mmol/l
BE = digunakan untuk mengkaji komponen metabolic dari perubahan asam dan basadan menunjukkan apakah pasien mempunyai asidosis metabolik/alkalosis metabolik
BE = menunjukkan jumlah asam yang dibutuhkan mengembalikan pHdarah individu ke interval pH (7,35-7,45) dengan jumlah CO2 dengan nilai standar
BE >+3 = menunjukkan  pasien mempunyai darah yang memerlukan peningkatan jumlah asam secara ABN untuk mengembalikan pH ke netral (menunjukkan alkalosis) atau mengindikasikan pasien dengan asidosis metabolik/primer atau sekunder terhadap alkalosis respiratorik
BE <-3 = biasanya menunjukkan pasien dengan asidosis, misal kebutuhan asam yang berlebihan dipindahkan dari darah untuk mengembalikan pH kembali normal (pasien dengan metabolik asidosis/primer atau sekunder terhadap alkalosis respiratoris)


I.       Langkah-Langkah Mengevaluasi Hasil
Langkah-langkah yang dianjurkan untuk mengevaluasi nilai gas darah arteri adalah sebagai berikut :
a.       Evaluasi pH
pH <7,35 = asidosis
pH >7,45 = alkalosis
pH = 7,4  = normal
pH normal dapat menunjukkan gas darah yang benar-benar normal  atau pH yang normal ini mungkin suatu indikasi ketidakseimbangan yang terkompensasi. Ketidakseimbangan yang terkompensasi adalah suatu ketidakseimbang dimana tubuh mampu memperbiki pH baik dengan perubahan respiratorik maupun metabolik (tergantung pada masalah utama).
b.      Menentukan penyebab primer gangguan dengan mengevaluasi PaCO2 dan HCO3 yang hubungannya dengan pH
pH >7,4 = alkalosis
·      Jika PaCO2 <40 mmHg              gangguan primer adalah alkalosis respiratorik (situasi ini timbul jika pasien mengalami hiperventilasi dan lebih banyak CO2 yang dikeluarkan)
·      Jika HCO3 >24 mEq/L               gangguan primer adalah alkalosismetabolik (situasi ini timbul jika tubuh memperoleh terlalu banyak bikarbonat, suatu substansi alkali, bikarbonat adalah basa, atau bagian alkali dari sistem buffer asam karbonik bikarbonat)
pH  <7,4 = asidosis
·      Jika PaCO2 >40 mmHg              gangguan utama adalah asidosis respiratorik (situasi ini timbul jika pasie mengalami hipovalensi dan karenanya menahan terlalu banyak CO2, suatu substansi asam)
·      Jika HCO3 < 24 mEq/L             gangguan primer adalah asidosis metabolik (situasi ini timbul jika kadar bikarbonat dalam tubuh turun, baik karena kehilangn langsung bikarbonat atau nkarena penambahan asam seperti asam laktat atau keton)
c.       Menentukan apakah kompensasi telah terjadi.
         Hal ini dengan melihat nilai selain gangguan primer. Jika nilai ini bergerak kearah yang sama dengan nilai primer, kompensasi sedang berjalan.

J.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil
a.       Faktor pasien
·         Suhu
Setiap derajat demam : PO2 turun 7%, PCO2 naik 3%. Kelarutan & afinitas oksigen Hb turun.
·         Respirasi (O2 inspirasi )
Frekuensi nafas, kadar O2, setting ventilator konstan selama 15 menit atau 20-30 menit terakhir.
b.      Faktor spesimen
-        Gelembung udara
Menyebabkan peningkatan palsu O2
-        Leukositosis dan trombositosis
Menurunkan PO2 dan pH, meningkatkan PCO2 spesimen yang lama diperiksa
-        Heparin
Kelebihan hepain 20% dari jumlah spesimen : penurunan palsu PCO2 sebanyak 16%.
-        Suhu lingkungan
Diletakkan di atas es untuk dikirim ke laboratorium, stabil 30 menit.




BAB III
KESIMPULAN

1.  Pemahaman terhadap teknik pemeriksaan dan parameter AGD memudahkan dalam melakukan interpretasi klinis dari hasil AGD.
2.   Pemahaman terhadap kondisi aktual pasien dan interpretasi klinis yang tepat dan akurat dari pemeriksaan AGD dapat mempercepat dalam penatalaksanaan pasien selanjutnya terutama pasien-pasien dengan penyakit kritis.
3.    Dalam beberapa kasus, darah vena atau kapiler dapat dipakai untuk menggantikan darah arteri pada pemeriksaan AGD.





DAFTAR PUSTAKA

Analisis Gas Darah dan Manajemen  Asam Basa.  Diakses dari http://hanif.web.ugm.ac.id/analisa-gas-darah-dan-managemen-asam-basa.html
Base Exess. Diakses dari wikipedia, the free encyclopedia.
Brunner dan Suddarth.2002.Buku Ajar Keperaawatan Medikal Bedah (terjemahan).Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Djojodibroto, D.2009.Respirologi (Respiratory Medicine).Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa.2008.Jakarta: Balai Penerbit FKU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laboratorium Parasitologi Representatif

BAB I PENDAHULUAN Parasitologi adalah adalah suatu ilmu cabang biologi yang mempelajari tentang semua organisme parasit. Dalam ...