Sabtu, 22 Februari 2014

SISTEM IMUNITAS SELULER


SISTEM IMUNITAS SELULER

I.          Pendahuluan
Imunitas selular adalah respon imun yang dilakukan oleh molekul-molekul protein yang tersimpan dalam limfa dan plasma darah. Imunitas ini dimediasi oleh sel limfosit T. Mekanisme ini ditujukan untuk benda asing yang dapat menginfeksi sel (beberapa bakteri dan virus) sehingga tidak dapat dilekati oleh antibodi.
Fungsi respon imun :
·         Sel CD8 mematikan secara langsung sel sasaran
·         Sel T menyebabkan reaksi hipersensitifitas tipe lambat
·         Sel T memiliki kemampuan menghasilkan sel pengingat
·         Sel T sebagai pengendali CD4 dan CD8 memfasilitasi dan menekan respon imun seluler dan humoral
Fungsi utama sistem imun spesifik seluler ialah untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit dan keganasan. Jalur komplemen merupakan jalur yang berperan dalam respon imunologik terhadap bakteri anaerob.
Ada beberapa macam jenis sel dan mekanisme seluler yang terlihat dalam ekspresi atau pengaturan reaksi seluler. Jenis-jenis sel ini meliputi :
1.      Limfosit T
2.      Makrofag
3.      Sel NK / Natural Killer (NK)
Limfosit T kemudian akan menginduksi 2 hal:
Ø  Fagositosis benda asing tersebut oleh sel yang terinfeksi,
Ø  Lisis sel yang terinfeksi sehingga benda asing tersebut terbebas ke luar sel dan dapat di dilekati oleh antibodi.
Peran sel T dapat dibagi menjadi dua fungsi utama : fungsi regulator dan fungsi efektor. Fungsi regulator terutama dilakukan oleh salah satu subset sel T, sel T penolong (CD4). Sel-sel CD4 mengeluarkan molekul yang dikenal dengan nama sitokin (protein berberat molekul rendah yang disekresikan oleh sel-sel sistem imun) untuk melaksanakan fungsi regulatornya. Fungsi efektor dilakukan oleh sel T sitotoksik (sel CD8). Sel-sel CD8 ini mampu mematikan sel yang terinfeksi oleh virus, sel tumor dan jaringan transplantasi dengan menyuntikkan zat kimia yang disebut perforin ke dalam sasaran ”asing”. Limfosit T menyerang antigen yang berada di dalam sel. Fungsi utama sistem imun spesifik seluler ialah untuk pertahanan terhadap bakteri, virus , jamur dan keganasan di intra seluler.
Berdasarkan fungsinya secara umum ada tiga golongan utama dari sel T, yaitu :
1.      Sel sitotoksik (Tc) , yang merupakan sel efektor dari killing sel (sel K)
2.      sel T helper (Th) / CD4 , yang merupakan sel regulasi. Berdasarkan kemampuan sitokin yang diproduksi terbagi menjadi Th1 dan Th2. Th1 mempunyai kontribusi di dalam imunitas humoral.
3.      sel T suppressor (Ts) / CD8 , yang merupakan sel regulasi
A.       Sel T helper
Sel T helper adalah golongan sel darah putih yang bertindak sebagai adaptive immunity. Dimana fungsi dari sel T helper sendiri antara lain adalah :
a.       Membantu sel B untuk membentuk antibody, mengaktifkan sistem pertahanan adaptive humoral atau adaptive cytolitic
b.      Membantu perkembangan sel T sitotoksik
c.       Fasilitator sel-sel pertahanan lain dalam untuk melawan antigen
Sel T helper masih bisa berdiferensiasi menjadi sel T memori dan sel T penekan / supresor. Sel T merupakan sel limfosit yang pertama kali berinteraksi dengan zat asing. Hal ini terjadi karena sel T memiliki protein permukaan yang disebut CD4 dan CD8. CD4 atau CD8 akan mendeteksi keberadaan antigen. Sebab dia akan mengenali sel yang memiliki reseptor MHC (major histocompatibility complex) kelas 1 atau MHC kelas 2. Apabila dia berinteraksi dengan sel yang tidak memiliki MHC maka dia akan menganggap sel tersebut sebagai zat asing. Sehingga sel T akan berdifensiasi dan menyerang zat asing tersebut.
Th berperan menolong sel B dalam differensiasi dan memproduksi antibodi. Sel Th1 memproduksi mediator interleukin-2 (IL-2) dan interferon gamma  (IFN-ý) yang memegang peranan penting proteksi dengan meningkatkan kemampuan makrophag untuk fagositosis dan mencerna kuman yang telah difagotisir.
Fungsi sel CD4 :
·         Sebagai pengendali, mengaitkan sistem monosit-makrofag ke sistem limfoid
·         Berinteraksi dengan sel penyaji antigen untuk mengendalikan Ig
·         Menghasilkan sitokin yang memungkin tumbuhnya sel CD4 dan CD8
·         Berkembang menjadi sel pengingat.
   B.    CTL (Cytotoxic T Limfosit)
Cytotoxic T Lymphocyte/CTL/ T cytotoxic/T cytolitic/Tc) atau sel T pembunuh (killer). CTL merupakan sub-grup dari sel T yang berfungsi :
1.      Membunuh sel yang terinfeksi dengan virus (dan patogen lainnya) dengan menghancurkan sel yang mengandung virus tersebut.
2.      Membunuh berbagai bibit penyakit dan sel kanker
3.      Merusak dan mematikan pathogen intraseluler
4.      Menghancurkan sel ganas dan sel histoimkompatibel yang menimbulkan penolakan pada transplantasi.
Sel T sitotoksik disebut juga sel T CD8 karena terdapat glikoprotein CD8 pada permukaan sel yang mengikat antigen MHC kelas 1. Sel limfosit T sitotoksik mengandung granula azurofilik yang  berlimpah dan mampu menghancurkan berbagai sel yang terinfeksi, sel tumor, tanpa sensitisati (rangsangan) sebelumnya. Sel limfosit T sitotoksik ini diklasifikasikan sebagai sistem kekebalan tubuh bawaan yang merupakan pertahanan tubuh terhadap berbagai macam serangan. Secara langsung menyerang sel lainnya yang membawa antigen asing atau abnormal di permukaan mereka.
Sel limfosit T sitotoksik meningkatkan sistem pertahanan dengan cara mengikutsertakan sistem pertahanan yang lain. Sel dari sistem imun melepaskan messenger kimiawi (seperti sitokin) yang mengambil dan mengaktifkan sel lain seperti polimorf, makrofag dan sel mast atau sistem kimiawi (seperti komplemen, amine, kinin, dan sistem lisosomal) untuk menghancurkan material asing.
C.       Peran sel T suppressor (Ts) (CD8)
Seperti sel Th, Ts adalah sel regulasi karena aksinya sebagai inhibisi dimana sel tersebut melepaskan limpokin yang dapat menekan aktivitas dari sel T dan sel B. Sel Ts akan menghentikan respon imun setelah sukses menginaktifkan dan menghancurkna antigen. Hal ini membantu mencegah tidak terkontrolnya dan tidak dibutuhkannnya lagi  kerja dari sistem imun.
D.       Makrofag
Pencetusan reaksi imun seluler memerlukan pemroses antigen seperti makrofag. Mula-mula, makrofag mengaktifkan sejumlah kecil limfosit T helper yang memiliki reseptor untuk antigen yang dipertanyakan dengan menyajikan antigen pada sel T bersama dengan molekul “self-recognition”. Sel T helper yang diaktifkan mengeluarkan limfokin, beberapa diantaranya mengaktifkan makrofag dan juga mengumpulkan limfosit-limfosit lain dan monosit-makrofag untuk berperan serta dalam reaksi.
Makrofag yang diaktifkan mengahasilkan monokin, beberapa diantaranya diperlukan untuk aktifasi sel T dan mencetuskan inflamasi. Makrofag melepaskan interleukin-1, yaitu monokin yang diduga identik dengan pirogen leukosit (penyebab reaksi-reaksi demam) dan diperlukan untuk aktifasi limfosit T helper.
E.     Sel NK (Natural Killer)
Sel ini tidak mengandung penanda sel T atau sel B dan tidak memerlukan sensitisasi lebih dahulu untuk generasinya. Sel-sel ini diduga terlibat dalam penghancuran non-spesifik sel-sel sasaran yang diubah virus, sel alograf, dan penolakan tumor. Peranannya pada manusia belum ditemuan namun mempunyai arti besar dalam pengawasan imun penyakit keganasan pada manusia.

    II.            Mekanisme Imunitas Seluler


Berdasarkan gambar di atas, sistem imunitas seluler dimulai dari limfosit T. Limfosit T memiliki fungsi regulator dan efektor. Fungsi regulator terutama dilakukan oleh sel T helper / Th (CD4). Sel-sel CD4 mengeluarkan molekul yang dikenal dengan nama sitokin untuk melaksanakan fungsi regulatornya. Fungsi efektor dilakukan oleh sel T sitotoksik / Tc (sel CD8). Sel-sel CD8 ini mampu mematikan sel yang terinfeksi oleh virus dengan menyuntikkan zat kimia yang disebut perforin ke dalam sasaran ”asing”.
Sel T helper masih bisa berdiferensiasi menjadi sel T memori dan sel T suppresor. Sel T merupakan sel limfosit yang pertama kali berinteraksi dengan zat asing. Hal ini terjadi karena sel T memiliki protein permukaan yang disebut CD4 dan CD8. CD4 atau CD8 akan mendeteksi keberadaan antigen. Sebab dia akan mengenali sel yang memiliki reseptor MHC (major histocompatibility complex) kelas 1 atau MHC kelas 2. MHC 1 adalah reseptor dari Limfosit sitolitik sedangkan MHC 2 merupakan reseptor dari Limfosit helper. Apabila dia berinteraksi dengan sel yang tidak memiliki MHC maka dia akan menganggap sel tersebut sebagai zat asing. Sehingga sel T akan berdifensiasi dan menyerang zat asing tersebut. Fungsi sel T helper adalah membantu limfosit T, limfosit B, sel-sel non spesifik (sel NK). Sel NK ini diduga terlibat dalam penghancuran non-spesifik sel-sel sasaran.
Th berperan menolong sel B dalam differensiasi dan memproduksi antibodi. Sel Th1 memproduksi mediator interleukin-2 (IL-2) dan interferon gamma  (IFN-ý) yang memegang peranan penting proteksi dengan meningkatkan kemampuan makrophag untuk fagositosis dan mencerna kuman yang telah difagotisir.
Makrofag mengaktifkan sejumlah kecil limfosit T helper yang memiliki reseptor untuk antigen yang dipertanyakan dengan menyajikan antigen pada sel T bersama dengan molekul “self-recognition”. Sel T helper yang diaktifkan mengeluarkan limfokin, beberapa diantaranya mengaktifkan makrofag dan juga mengumpulkan limfosit-limfosit lain dan monosit-makrofag untuk berperan serta dalam reaksi. Makrofag yang diaktifkan mengahasilkan monokin, beberapa diantaranya diperlukan untuk aktifasi sel T dan mencetuskan inflamasi.



DAFTAR PUSTAKA
-        Dorland. 1995. Pocket Medical Dictionary. Philadelphia: Saunders Company
-        Gershon RK. 1987. The immunological. Sunderland: Mass Sinauer Associat ion
-        Kresno, Siti Boedina. 1996. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
-        Sudibyo. 1989. Dasar- Dasar Imunologi. Jakarta: CV. Sembiring
-        Zahroni, Mahfud. 2003. Imunologi Dasar. Bandung: CV. Ilmu Persada
-        http://eprints.undip.ac.id/29074/3/Bab_2.pdf diunduh tanggal 1 Oktober pukul 20.43 WIB
-        http://blog.ub.ac.id/cdrhfitria/2012/09/19/sistem-imun-spesifik-seluler/ di unduh tanggal 1 Oktober pukul 20.54 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laboratorium Parasitologi Representatif

BAB I PENDAHULUAN Parasitologi adalah adalah suatu ilmu cabang biologi yang mempelajari tentang semua organisme parasit. Dalam ...