Rabu, 02 Oktober 2013

Galactosemia

Galactosemia
A.    Definisi
Suatu penyakit yang timbul sebagai abnormalitas kongenital dengan sifat suatu kelainan familial dari metabolisme galaktosa yang diwariskan melalui gen autosomal resesif tunggal. Pada Galaktosemia terdapat gangguan yang mempengaruhi tubuh dalam memproses gula sederhana yang disebut galaktosa. Sejumlah kecil galaktosa dalam makanan. Hal ini terutama bagian dari gula lebih besar yang disebut laktosa, yang ditemukanbanyak  di semua produk susu formula bayi.
B.     Penyebab
Ada beberapa jenis galaktosemia. Kondisi ini masing-masing disebabkan oleh mutasi pada gen tertentu, dan mempengaruhi enzim yang terlibat dalam penguraian galaktosa. Galaktosemia klasik, juga dikenal sebagai tipe I, adalah bentuk paling umum dan paling parah kondisinya. Galaktosemia tipe II (defisiensi galactokinase) yang disebabkan oleh defisiensi enzim galaktosa-1-fosfat uridil transferase dan Galaktosemia tipe III (defisiensi epimerase galaktosa) yang disebabkan oleh defisiensi  epimerase galaktosa.
C.    Dampak
Jika bayi dengan galaktosemia klasik (tipe I) tidak segera diobati dengan diet rendah-galaktosa, komplikasi yang mengancam jiwa akan muncul dalam beberapa hari setelah lahir. Bayi yang terkena penyakit ini perkembanganya terhambat karena kesulitan makan, kekurangan energi (kelesuan), kegagalan untuk mendapatkan berat badan dan tumbuh seperti yang diharapkan (gagal tumbuh), kulit dan sklera mata  menguning (jaundice), kerusakan hati, dan perdarahan. Komplikasi serius lainnya dari kondisi ini dapat mencakup infeksi bakteria yang berlebihan (sepsis) dan shock. Dampak dari anak yang terkena galaktosemia perkembangannya tertunda,  penglihatannya kabur (katarak), kesulitan berbicara, dan cacat intelektual. Wanita dengan galaktosemia klasik mungkin mengalami masalah reproduksi yang disebabkan oleh kegagalan ovarium. Galaktosemia tipe II menyebabkan masalah medis lebih sedikit dibandingkan dengan jenis klasik. Bayi yang terkena mengalami beberapa komplikasi jangka panjang.  Galaktosemia tipe III bervariasi dari ringan sampai parah dan termasuk katarak, pertumbuhan dan perkembangan tertunda, cacat intelektual, penyakit hati, dan ginjal.
D.    Mutasi Genetik
Gen untuk galaktosa-1-fosfat uridylyltransferase (Galt gen) terletak pada lengan pendek kromosom 9, di daerah 9p13. Gen adalah sekitar 4 kb panjang dan memiliki 11 ekson dan intron 10. Promotor adalah GC. Signifikan korelasi genotip-fenotip telah dicatat. Lebih dari 130 mutasi pada gen Galt telah diidentifikasi pada bentuk klasik galaktosemia.Tidak ada fenotipe lainnya berhubungan dengan mutasi Galt. Sebagian besar mutasi ini sangat mengurangi atau menghilangkan aktivitas galaktosa-1-fosfat uridylyltransferase. Kebanyakan perubahan pada gen Galt mengubah blok bangunan protein tunggal (asam  amino) digunakan untuk membangun galaktosa-1-fosfat uridylyltransferase. Mutasi Galt paling umum di Kaukasia Eropa dan Amerika Utara menggantikan glutamin asam amino dengan asam amino arginin pada posisi 188 dalam enzim (ditulis sebagai Gln188Arg). Mutasi lain terjadi hampir secara eksklusif pada orang keturunan Afrika. Perubahan genetik pengganti yang leusin asam aminountuk asam amino serin pada posisi 135 (ditulis sebagai Ser135Leu). Termasuk pada mutasi gen jenis mutasi inversi dimana terjadi pergantian glutamin asam amino dengan asam amino arginin pada posisi 188 dalam enzim.

Daftar Pustaka :
·         http://aulanni.lecture.ub.ac.id/files/2012/04/Galactosemia-dr.Maria_.pdf diunduh tanggal 23 Mei 2013 Pukul 15.29 WIB
·         http://ghr.nlm.nih.gov/condition/galactosemia diunduh tanggal 23 Mei 2013 Pukul 15.38 WIB
·         Thomson, A.D.1997.Catatan Kuliah Patologi Ed III.Jakarta:EGC
·         Baron, D.N.1987.Patologi Klinik Ed IV.Jakarta:EGC

Buffer Phospat

BAB I
PENDAHULUAN

Istilah bufer menjelaskan substansi kimia yang mengurangi perubahan pH dalam larutan yang disebabkan penambahan asam maupun basa. Bufer adalah campuran asam lemah dan garam basanya (basa lemah dan garam asamnya). Bufer akan sangat efektif dalam mempertahankan [H+] terhadap asam atau basa, jika bufer tersebut terurai 50% (mempunyai jumlah asam belum terurai yang sama dan garamnya). Kadar pH pada keadaan asam atau basa yang 50%-nya terurai disebut pK dari bufer itu. Keefektifan suatu bufer ditentukan oleh kadar dan pKnya, efektif terhadap komponen tempat bufer itu bekerja (Price & Wilson, 2006).
Pendaparan tidak menghilangkan H+ dari tubuh. Untuk sementara, dapar sedikit membersihkan setiap H+ yang diproduksi, seperti sebuah sepon yang menyerap air. Pendaparan hanya merupakan solusi jangka pendek untuk mengatasi masalah kelebihan H+. Pada akhirnya tubuh harus mengeluarkan H+ tersebut melalui eksresi ginjal (Gaw, 2012).
Empat pasang atau sistem bufer utama dalam tubuh yang membantu memelihara pH agar tetap konstan adalah:
1.      Sistem bufer asam karbonat-bikarbonat (NaHCO3 dan H2CO3)
2.      Sistem bufer fosfat monosodium-disodium (Na2HPO4 dan NaH2PO4)
3.      Sistem bufer oksihemoglobin-hemoglobin dalam eritrosit (HbO2 dan HHb)
4.      Sistem bufer protein (Pr- dan HPr)
Sistem bufer fosfat merupakan suatu bufer yang penting dalam eritrosit dan sel tubulus ginjal. Ion H+ yang diekskesi dalam urine, dibufer oleh fosfat, dan disebut sebagai asam yang dapat tertitrasi.
Untuk menganalisis adanya fungsi bufer fosfat dalam tubuh menggunakan rumus perhitungan persamaan Henderson-Hasselbalch. Selain itu juga menggunakan rumus untuk kondisi umum pH = pKa + log ( [A-]/[HA]).
      Dapar fosfat sangat berguna dalam cairan intraseluler sebab besarnya konsentrasi fosfat dalam cairan ini beberapa kali besarnya konsentrasi fosfat dalam cairan ekstraseluler, dan juga oleh karena besarnya pH cairan intraseluler biasanya lebih dekat ke besarnay pK sistem dapar fosfat daripada ke besarnya pH cairan ekstraseluler (Guyton, 1994).





 
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Bufer Fosfat
Sistem bufer fosfat merupakan suatu bufer yang penting dalam eritrosit dan sel tubulus ginjal. Ion H+ yang diekskesi dalam urine, dibufer oleh fosfat, dan disebut sebagai asam yang dapat tertitrasi (Guyton, 2012).
Anion fosfat terlibat dalam metabolisme sel maupun regulasi neuromuskuler dan fungsi hematologi. Reabsorpsi fosfat dalam tubuh renal berbanding terbalik dengan kadar kalsium. Ini berarti bahwa peningkatan jumlah fosfor yang dieksresi dalam urine akan memicu reabsorpsi kalsium dan demikian pula sebaliknya (Kowalak, 2012).
Buffer fosfat merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel. Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika dengan bufer kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akibat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut (Sagiana, 2005).

B.     Mekanisme Bufer Fosfat

Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.
Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal dalam menunjang kinerja system buffer adalah dengan mengatur sekresi, ekskresi, dan absorpsi ion hydrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat, ammonia).
Untuk jangka panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui ginjal dan paru sedangkan untuk jangka pendek, tubuh dilindungi dari perubahan pH dengan system buffer. Mekanisme buffer tersebut bertujuan untuk mempertahankan pH darah antara 7,35- 7,45 (Sagiana, 2005).
Cara kerja sistem dapar fosfat hampir identik dengan sistem dapar bikarbonat, namun sistem ini terdiri atas dua elemen berikut: H2PO4- dan HPO42-. Bila pada campuran yang mengandung kedua bahan ini ditambahkan asam kuat, misalnya asam hidroklorida, maka akan terjadi reaksi berikut:
HCI + Na2HPO4 → NaH2PO4 + NaCl

Hasil akhir dari reaksi ini adalah asam hidrokloridanya akan dipindahkan, dan pada tempatnya akan ditambahkan sejumlah NaH2PO4 yang terbentuk. NaH2PO4 sebenarnya hanya merupakan asam lemah, sehingga asam kuat yang ditambahkan tadi akan diubah menjadi asam yang sangat lemah, dan pHnya relatif akan berubah sedikit.
Sebaliknya, bila pada sistem dapar ditambahkan asam yang kuat, maka akan terjadi reaksi berikut:

NaOH + NaH2PO4 → Na2HPO4 + H2O

Pada reaksi ini natrium hidroksida akan terurai menjadi air dan Na2HPO4. Jadi, bila pada basa Na2HPO4 yang sangat lemah itu ditambahkan basa yang sangat kuat, maka pH hanya sedikit bergeser ke arah sisi alkali.
Lihatlah sistem bufer fosfat sebagai contoh. Sistem bufer fosfat terdiri dari ion dihidrogen fosfat (H2PO4-) yang merupakan pemberi hidrogen (asam) dan ion hidrogen fosfat (HPO4-) yang merupakan penerima hidrogen basa. Kedua-duanya ion tersebut berada dalam keseimbangan dan hubungannya bisa ditulis sebagai rumus berikut:

H2PO4-                           H+ + HPO4 2-
         Ketika ion-ion hidrogen ditambah dalam larutan yang ditahankan oleh bufer fosfat, keseimbangan yang diatas akan geser ke arah kiri, (yaitu,ion H+ yang kelebihan akan bereaksi dengan ion hidrogen fosfat dan menghasilkan ion dihidrogen fosfat). Ketika larutan semakin alkali (basa), keseimbangan diatas akan kearah kanan (yaitu, ion OH- yang kelebihan akan bereaksi dengan ion hidrogen dan menghasilkan air). Konstan keseimbangan (Ka) untuk bufer fosfat adalah :

Ka = [H+] [HPO42-]   kalau disusun kembali  [H+] =     [H2PO4-]
                        [H2PO4-]                                                          [HPO42-]
                     Bila diuraikan didapat rumus

         -log [H+] = -log Ka x –log [H2PO4-]
                                                                 [HPO42-]
              Atau pH = p Ka + log ([HPO42-]/H2PO4-])
         Rumus tersebut bagi kondisi umum adalah pH = pKa + log ([A-] /[HA]) dan disebutkan rumus Henderson-Hasselbalch.


                     Ada tiga macam ion fosfat, dan nilai pKa adalah seperti berikut: 
                    
Ion fosfat
H3PO4
H2PO4
HPO42-
Nilai pKa
~2
~7
~12

         Pada 250C, nilai Ka untuk buffer fosfat adalah 6,23 x 10-8. Ketika kadar asam (H2PO4-) dan basa (HPO42-) sama, pH adalah sama dengan pK­a atau –log (6,23x10-8) = 7,21. Larutan bufer monofosfat dapat menahannya dengan pHnya dekat dengan nilai 7,2.
Sistem dapar fosfat mempunyai pK sebesar 6,8, yang tidak jauh berbeda dari nilai normal pH cairan tubuh yakni 7,4, sehingga akan mempermudah sistem fosfat bekerja pada daya daparnya yang maksimal. Namun, walaupun sebenarnya sistem dapar ini bekerja pada bagian yang  baik dari kurva dapar, jumlah konsentrasi dalam cairan ekstraseluler hanyalah seperti duabelas dari konsentrasinya yang ada dalam sistem bikarbonat. Oleh karena itu, daya dapar totalnya dalam cairan ekstraseluler jauh lebih sedikit daripada daya bikarbonat.
Sebaliknya, sistem dapar fosfat sangatlah penting dalam cairan tubuli ginjal oleh karena dua alasan: Pertama, biasanya fosfat sangat pekat dalam tubulus, sehingga juga akan sangat meningkatkan besarnya daya dapar sistem fosfat. Kedua, cairan tubulus biasanya menjadi lebih asam daripada cairan ekstraseluler, sehingga batas kerja dari dapar akan dibawa lebih ke nilai pK dari sistem.

C.    Fungsi dapar Fosfat
Dapar fosfat juga sangat berguna dalam cairan intraseluler sebab besarnya konsentrasi fosfat dalam cairan ini beberapa kali besarnya konsentrasi fosfat dalam cairan ekstraseluler, dan juga oleh karena besarnya pH cairan intraseluler biasanya lebih dekat ke besarnya pK sistem dapar fosfat daripada ke besarnya pH cairan ekstraseluler (Guyton, 1994). Selain itu bufer fosfat juga berguna dalam untuk menjadi energi pada metabolisme sel, bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang, masuk dalam struktur genetik yaitu DNA dan RNA dan membantu dalam pengeluaran melalui urine.




 
BAB III
KESIMPULAN

Bufer fosfat merupakan suatu bufer yang penting dalam eritrosit dan sel tubulus ginjal. Ion H+ yang diekskesi dalam urine, dibufer oleh fosfat, dan disebut sebagai asam yang dapat tertitrasi (Guyton, 2012).
Untuk menganalisis adanya fungsi bufer fosfat dalam tubuh menggunakan rumus perhitungan persamaan Henderson-Hasselbalch. Selain itu juga menggunakan rumus untuk kondisi umum pH = pKa + log ( [A-]/[HA]).
Dapar fosfat sangat berguna dalam cairan intraseluler sebab besarnya konsentrasi fosfat dalam cairan ini beberapa kali besarnya konsentrasi fosfat dalam cairan ekstraseluler, dan karena besarnya pH cairan intraseluler biasanya lebih dekat ke besarnya pK sistem dapar fosfat daripada ke besarnya pH cairan ekstraseluler (Guyton, 1994). Dapar fosfat juga menjadi energi pada metabolisme sel, bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang, masuk dalam struktur genetik yaitu DNA dan RNA dan membantu dalam pengeluaran melalui urine.




DAFTAR PUSTAKA

·         Wilson, Price. 2006. Patofisiologi: Konsep Kinis dan Proses – Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta.
·         Guyton. 2012. Fisologi manusia dan Mekanisme Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta.
·         Graw, Allan dkk. 2012. Biokimia Klinis. Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta.
·         Guyton. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta.
·         Kowalak, Welsh. 2012. Buku Ajar Patofisiologi. Buku Penerbit Kedokteran: Jakarta.





9
 
 

Laboratorium Parasitologi Representatif

BAB I PENDAHULUAN Parasitologi adalah adalah suatu ilmu cabang biologi yang mempelajari tentang semua organisme parasit. Dalam ...